Makalah, Makalah " Niat Dalam Belajar " Mata Kuliah Adabul Muallim Wamutaallim

9:25:00 PM
MAKALAH ADABUL MUALLIM WAMUTAALLIM
“ NIAT DALAM BELAJAR



Makalah, Makalah " Niat Dalam Belajar " Mata Kuliah Adabul Muallim Wamutaallim

KATA PENGANTAR
            Puji syukur kehadirat Allah swt., karena berkat rahmat-Nya sehingga makalah kami selesai tepat waktu. Shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw., karena perjuangannya sehingga kita ummat Islam dapat menikmati zaman yang modern ini.
            Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mengalami hambatan. Namun hambatan dapat kami atasi  berkat arahan dan bimbingan dosen pengajar mata kuliah, dan kerjasama penulis, serta buku referensi yang ada.
            Dengan selesainya makalah ini, maka kami mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah terlibat dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang membangun demi maksimalnya tugas kami kedepannya.

Watampone, 12Maret 2015







DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL                                                                                              
KATA PENGANTAR                                                                                               
DAFTAR ISI                                                                                                              
BAB I PENDAHULUAN                                                                                          
A.    Latar Belakang                                                                                                 
B.     Rumusan Masalah                                                                                           
C.     Tujuan penulisan                                                                                             
D.    Manfaat penulisan                                                                                           
BAB II PEMBAHASAN                                                                                           
A.    Pentingnya niat dalam Belajar                                                                         
B.     Hadis niat dalam Belajar                                                                                 
BAB III PENUTUP                                                                                                    
A.    Kesimpulan                                                                                                     
B.     Saran                                                                                                               
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam belajar seorang penuntut ilmu harus memiliki niat yang bersih, karena berkahnya suatu ilmu tergantung pada niat si penuntut ilmu. Dalam menuntut ilmu kita harus memiliki niat yang bersih karena segala sesuatu tergantung dari niat sebagaimana penjelasan dari hadist riwayat muslim yang mengatakan bahwa segala sesuatu tergantung dari niatnya.
Seorang penuntut ilmu harus benar-benar memperbaiki niatnya dalam menuntut ilmu, agar ilmu yang dimiliki dapat berguna baik dunia maupun akhirat, baik untuk penuntut ilmu maupun orang lain. 
Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala). Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati. Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala dituntut pada semua amal shalih dan ibadah.  Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya. Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah,yang membedakan antara ibadah dan kebiasaan rutinitas adalah niat.
Dan pada salah satu sabda nabi Muhammad SAW yang berbunyi "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan" (Bukhari, muslim, ahmad, abu daud, ibnu majah, tirmidzi)

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah pentingnya niat dalam belajar ?
2.      Bagaimanakah hadist tentang niat dalam belajar ?
C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan  rumusan masalah diatas, saya merumuskan tujuan penulisan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pentingnya niat dalam belajar ;
2.      Untuk mengetahui hadist tentang niat dalam belajar.
         

  
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pentingnya Niat dalam Belajar
Al-Zarnuji mengatakan niat adalah azas segala perbuatan, maka dari itu adalah wajib bagi pelajar untuk berniat dalam belajar. Beliau mengatakan: "Setiap pelajar harus menata niatnya ketika akan belajar. Karena niat adalah pokok dari segala amal ibadah." Al-Zarnuji dalam kitab Ta’limul Muta’alim berpendapat bahwa belajar adalah suatu pekerjaan, merupakan sebuah ibadah dan kewajiban, maka ia harus mempunya niat belajar dan niat belajar yang harus dimiliki oleh pelajar harus sesuai dengan tuntunan alqur’an dan sunnah.
Dalam kitab Ta’limul Muta’alimal Zarnuji menjelaskan pedoman niat belajar yang baik yang harus dimiliki oleh semua pelajar guna mendapatkan ilmu yang bermanfaat, beliau memaparkan sebagai berikut :
1.        Ridha Allah 
2.      Kebahagiaan akhirat
3.      Memerangi kebodohan pada diri sendiri dan kaum yang bodoh (menambah pengetahuan dan memberikan manfaat kepada diri dan masyarakat)    
4.       Mengambangkan dan Melestarikan Islam
5.      Mensukuri Nikmat Akal dan Badan
6.        Tidak memiliki niat untuk mendapat kesohoran dari manusia (pujian/ posisi/penghormatan), hal dunia, sanjungan dan kedekatan dari para pemimpin dan sebagainya
a)      . Mencari Ridha Allah ‘Azza wa Jalla
Al Zarnuji menyebutkan agar pelajar yang telah bersusah payah belajar, untuk tidak memanfaatkan ilmunya untuk urusan-urusan duniawi yang hina dan rendah nilainya.
Untuk itu kata Zarnuji hendaklah seseorang itu selalu menghiasi dirinya dengan akhlak mulia. Jadi yang perlu dicamkan adalah bahwa dalam mencari ilmu tyytuharus dengan niat yang baik sebab dengan niat itu dapat menghantarkan pada pencapaian keberhasilan. Niat yang sungguh-sungguh dalam mencari ilmu adalah keridhaan Allah akan mendapatkan pahala.
Al Zarnuji tidak memperkenankan niat dalam mencari ilmu untuk mendapatkan harta banyak, penghormatan dari orang, dan sanjungan dari pra petinggi atau pejabat, dan hal hal yang bersifat duniawi murni. Sebagaimana diungkapkan beliau :
Al Zarnuji menganjurkan restrukturisasi niat yang utama untuk pelajar agar belajar mencari Ridha Allah, bukan untuk mendapatkan hal hal materi dan duniawi seperti kebahagiaan harta dunia, pangkat, nilai ujian yang tinggi, ijazah dan hal dunia yang lain yang selama ini menjadi orientasi keberhasilan  para pelajar zaman sekarang .
b)       Memperoleh kebahagiaan akhirat
Pelajar harus mendasarkan niat belajarnya dengan Husnunniyat (niat yang baik).  Al Zarnuji mendefinisikan amal akhirat adalah semua amal sekalipun itu amal duniawi tetapi dilandaskan pada niat akhirat maka amal yang akn dilaksanakan oleh seseorang itu termasuk amal akhirat. Nashirudin dalam menterjemahkan niat ”Al-Daral Akhirat” sebagi sebuah landasan untuk mendapatkan surga. Beliau mengatakan bahwa niat belajar juga harus memiliki niat untuk mengharapkan kebahagiaan akherat yang berupa syurga.
c)      Berusaha memerangi kebodohan pada diri sendiri dan kaum yang bodoh
Mengembangkan dan melestarikan Islam, Mensukuri nikmat akal dan badan yang sehat. Manusia adalah mahluk, dan semua mahluk adalah bodoh,  maka dikatakan oleh al Zarnuji  bahwa belajar itu bukan untuk mencari kepintaran dan kepandaian tetapi menghilangkan kebodohan dan ketidaktahuan yang ada dalam diri seseorang. Juga seorang wajib memberikan pencerahan ilmu dari apa yang telah ia miliki baik berupa ilmu itu sendiri maupun dari buah ilmu itu. Seperti halnya seorang guru, dosen, pengajar, tutor memberikan pencerahan berupa ilmu dan nasehat nasehat kepada orang lain , dokter memberikan pengobatan kepada pasiennya, montir dengan jasanya, sopir memberikan manfaat ilmunya berupa mengemudi membantu orang lain dan berbagi contoh lainnya.
Niat belajar hendaknya didasarkan pada kemauan untuk senantiasa melestarikan islam di bumi, konsep al Zarnuji membuktikan bahwa niat dalam belajar yang di sampaikan beliau memiliki orientasi yang luas, baik untuk pribadi, masyarakat, dan agama. Sebagaimana kutipan Syekh Burhanudin yang artinya : Sungguh merupakan kehancuran yang besar seorang alim yang tak peduli, dan lebih parah dari itu seorang bodoh yang beribadah tanpa aturan, keduanya merupakan fitnah yang besar di alam semesta bagi orang-orang yang menjadikan keduanya sebagai pedoman.

orang yang pandai tetapi kependaiannya hanya untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain itu tidak berarti, begitu juga orang bodoh beribadah ibadahnya bisa batal atau ia akan mudah terjerumus ke aliran sesat.
Oleh karena itu berniat untuk menysukuri nikmat akal dan badan berarti harus memiliki komitmen untuk memberikan manfaat atas ilmunya kepada sesama yang membutuhkan sehingga dapat merubah mayarakat disekeliling alim tersebut untuk menjadi masyarakat yang lebih baik dalam segi ibadah, sosial maupun muamalah.
al-Zarnuji menekankan agar belajar adalah proses untuk mendapat ilmu, hendaknya diniati untuk beribadah. Artinya, belajar sebagai manifestasi perwujudan rasa syukur manusia sebagai seorang hamba kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan akal. Lebih dari itu, hasil dari proses belajar-mengajar yang berupa ilmu (kemampuan dalam tiga ranah tersebut), hendaknya dapat diamalkan dan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kemaslahatan diri dan manusia. Buah ilmu adalah amal. Pengamalan serta pemanfaatan ilmu hendaknya dalam koridor keridhaan Allah, yakni untuk mengembangkan dan melestarikan agama Islam dan menghilangkan kebodohan, baik pada dirinya  maupun orang lain. Inilah buah dari ilmu yang menurut al-Zarnuji akan dapat menghantarkan kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat kelak.[1]

Penuntut ilmu wajib niat sewaktu belajar, sebab, niat itu merupakan pokok dalam segala perbuatan, berdasarkan sabda Nabi SAW “sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya “. Dan Rosulullah juga bersabda: “banyak amal perbuatan yang bentuknya perbuatan duniawi, kemudian menjadi amal ukhrawi karena bgus niatnya, dan tidak sedikit amal perbuatan yang bentuknya amal ukhrawi, kemudian menjadi perbuatan duniawi sebab buruk niatnya”.
Sebaiknya bagi penuntut ilmu dalam belajarnya berniat mencari Ridlo ALLAH, kebahagiaan akhirat, membasmi kebodohan diri sendiri dan sekalian orang-orang bodoh, mengembangkan agama dan mengabadikan islam, sedangkan berbuat zuhud dan taqwa itu tidak sah jika tanpa ilmu. Dan dalam menuntut ilmu hendaklah diniatkan juga untuk mensyukuri atas kenikmatan akal dan kesehatan badan. Hendaklah tidak niat mencari popularitas, tidak untuk mencari harta dunia, juga tidak berniat mencari kehormatan dimata penguasa dan semacamnya. Barang siapa telah menemukan lezatnya ilmu dan pengamalannya, maka kecil sekali kesukaannya terhadap apa yang ada di tangan sesama manusia. Syaikh Imam Yang Mulia Al Ustadz Hammad bin Ibrahim bin Ismail As Shaffar Al Anshori mendendangkan syair gubahan Imam Abu Hanifah r.a. sbb :

Barang siapa menuntut ilmu demi akhirat
Berbahagialah dengan keunggulan Ar Rasyad.
Ah, betapa rugi penuntut ilmu
Demi sesuatu dari orang sesamamu.

Penuntut ilmu hendaklah memperhatikan hal-hal tersebut diatas, mengingat ia telah belajar dengan susah payah, maka jangan sampai membelokkan ilmunya tersebut demi kepentingan duniawi yang hina, kecil lagi fana itu.

Berikut untaian syair :
Dunia itu kecil, amatlah sedikit
Pecintanya terhina, nan hina dina
Sihir dunia, membuat bangsa tuli dan buta
Mereka bingung, tidak tahu jalan kemana.
Orang berilmu hendaklah tidak mencemarkan dirinya sendiri dengan bersikap tamak terhadap sesuatu yang tidak semestinya, dan hendaklah pula menjaga diri dari hal-hal yang menghinakan ilmu dan orang alim / ahli ilmu. Hendaklah bersikap tawadlu’ demikian juga sikap iffah, dan semua itu dapat dipelajari dalam kitab-kitab akhlaq. Syaikh Imam Ustadz Ruknuddin mendendangkan syair gubahan beliau sendiri :
Sungguh, tata krama adalah sifat orang bertaqwa
Iapun membumbung tinggi, dengan sifat ini
Ajaib sekali, orang yang tidak tahu kondisi sendiri
Bahagiakan nanti, atau celaka diri
Bagaimanakah pugkasan umurnya, saat tercabut nyawanya
Dihari kematian, dia terjatuh atau mulia.
Kebesaran itu sifat khusus bagi-Nya
Maka bertaqwalah kepada-Nya.
          Berkata Imam Abu Hanifah r.a. kepada para sahabat beliau “besarkanlah putaran surbanmu dan longgarkanlah lengan bajumu”. Justru demikianlah beliau menganjurkan agar ilmu dan orang yang berilmu tidak lagi dipandang remeh.


Pentingnya Niat Dalam Belajar
Di antara ibadah yang paling penting yang mudah mendekatkan seorang hamba pada Allah adalah tholabul ‘ilmi atau belajar ilmu agama. Sedangkan perkara yang amat penting yang perlu diperhatikan dan selalu dikoreksi adalah niat dalam belajar. Tidak ada kebaikan yang diperoleh jika seseorang ketika belajar malah ingin mencari ridho selain Allah. Oleh karena itu, para ulama sangat memperhatikan niatnya dalam belajar apakah sudah benar ataukah tidak karena jika tidak ikhlas, makadapat mencacati ibadah yang mulia ini.  Sufyan bin ‘Uyainah pernah berkata, “Kami menuntut ilmu awalnya berniat mencari ridho selain Allah. Kemudian Allah tidak ingin jika niatan tersebut kepada selain-Nya.” Ulama salaf lainnya berkata
 “Kami awalnya dalam menuntut ilmu tidak punya niatan yang kuat. Kemudian Allah menganuriakan kami niat yang benar setelah itu”. Maksudnya, akhirnya niatan kami ikhlas karena Allah.
Syaikh ‘Abdus Salam Asy Syuwai’ir mengatakan bahwa ada tiga perkara yang mesti dipenuhi agar seseorang disebut memiliki niatan yang benar dalam menuntut ilmu.

Pertama: Menuntut ilmu diniatkan untuk beribadah kepada Allah dengan benar.

              Kedua: Berniat dalam menuntut ilmu untuk mengajarkan orang lain. Sehingga para ulama seringkali mengatakan bahwa hendaklah para pria menguasai perkara haid agar bisa nantinya mengajarkan istri, anak dan saudara perempuannya.

Imam Ahmad ditanya mengenai apa niat yang benar dalam belajar agama. Beliau menjawab, “Niat yang benar dalam belajar adalah apabila belajar tersebut diniatkan untuk dapat beribadah pada Allah dengan benar dan untuk mengajari yang lainnya.”
Dari sini menunjukkan bahwa niat belajar yang keliru adalah  jika ingin menjatuhkan atau mengalahkan orang lain atau ingin mencari kedudukan mulia di dunia. Anas bin Malik berkata,
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ يُبَاهِي بِهِ الْعُلَمَاءَ ، أَوْ يُمَارِي بِهِ السُّفَهَاءَ ، أَوْ يَصْرِفُ أَعْيُنَ النَّاسِ إِلَيْهِ ، تَبَوَّأَ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Barangsiapa menuntut ilmu hanya ingin digelari ulama, untuk berdebat dengan orang bodoh, supaya dipandang manusia, maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Hakim dalam Mustadroknya)
Ketiga: Istiqomah atau terus menerus dalam amal dan menuntut ilmu butuh waktu yang lama (bukan hanya sebentar). Dalam belajar itu butuh kesungguhan. Muhammad bin Syihab Az Zuhri berkata “Yang namanya ilmu, jika engkau memberikan usahamu seluruhnya, ia akan memberikan padamu sebagian.”Dalam hadits riwayat Muslim, Abu Katsir berkata,
 “Ilmu tidak diperoleh dengan badan yang bersantai-santai.” (HR. Muslim no. 612).
Abu Hilal Al Asykari (seorang penyair) awalnya sulit menghafalkan bait sya’ir. Kemudian ia memaksakan dirinya dan berusaha keras, awalnya ia bisa menghafalkan 10 bait. Karena ia terus berusaha, ia akhirnya bisa menghafalkan 200 bait dalam sehari.
Syaikh Dr. ‘Abdus Salam bin Muhammad Asy Syuwai’ir adalah lulusan doktoral terbaik dari Ma’had Al ‘Ali lil Qodho’ (sekolah tinggi untuk para hakim) yang merupakan cabang Jami’atul Imam Muhammad bin Su’ud Riyadh KSA. Beliau adalah Ustadz (gelar pendidikan, yang dimaksud adalah professor) di Ma’had Al ‘Aali lil Qodho’ saat ini. Beliau adalah di antara murid Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah. Beliau adalah ulama yang fakih dan tidak diragukan lagi kecerdasan beliau dalam ilmu dan terlihat begitu tawadhu’.Ya Allah, berilah kami ilmu yang bermanfaat dan niatan yang ikhlas dalam belajar serta beramal.[2]
B.     Hadist Niat Dalam Belajar
Aspek niat itu meliputi 3 hal :
1.       Diyakini dalam hati.
2.       Diucapkan dengan lisan (tidak perlu keras sehingga dapat mengganggu orang lain atau bahkan menjadi ijma.
3.       Dilakukan dengan amal perbuatan.
Jadi niat akan lebih kuat bila ke tiga aspek diatas dilakukan semuanya, sebagai contoh saya berniat untuk salat, hatinya berniat untuk salat, lisannya mengucapkan niat untuk salat dan tubuhnya melakukan amal salat. Demiikian pula apabila kita mengimani segala sesuatu itu haruslah dengan hati yang yakin, ucapan dan tindakan yang selaras.
Dengan definisi niat yang seperti ini diharapkan orang Islam atau Muslim itu tidak hanya 'semantik' saja karena dengan berniat berati bersatu padunya antara hati, ucapan dan perbuatan. Niat baiknya seorang muslim itu tentu saja akan keluar dari hati yang khusyu dan tawadhu, ucapan yang baik dan santun, serta tindakan yang dipikirkan masak-masak dan tidak tergesa-gesa serta cerdas. Karena dikatakan dalam suatu hadits Muhammad apabila yang diucapkan lain dengan yang diperbuat termasuk ciri-ciri orang yang munafik.
1.      Teks Hadits
حَدَّثَنَا عَِليُّ بْنُ نَصْرِ بْنُ عَِليٍّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عََبََّادٍ الهُنَائِى حََدَّثََنَا عَِليُّ بْنُ المُبَرَكِ عَنْ أَيُّوْبَ السََّخْتِيَانِيْ عَنْ خَاِلدِ بْنِ دُرَيْكٍ عَنْ بْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِ صَلَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا لِغَيْرِ اللهِ أَوْ أَرَادَ ِبه غَيْرَ اللهِ فَلْيَتَبَوَّأ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّاِر : روه الترمذي 
Ali bin Nashr bin Ali menceritakan kepada kami(Imam Tirmidzi), Muhammad bin Abbad Al Hana’i memberitahukan kepada kami, Ali bin Al Mubarak memberitahukan kepada kami, dari Ayyub AS Sikhtiyani, dari Khalid bin Duraik dari Ibnu Umar dari Nabi SAW bersabda, “Barang siapa belajar ilmu karena selain Allah atau menghendaki dengan ilmu itu selain Allah, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di neraka.”  (Riwayat At-Tirmidzi)
2.      Kosa Kata (Mufrodat)
تَعَلَّمَ = Belajar
عِلْمً = Ilmu
غَيْرَ = Selain
مَقْعَدَهُ = Tempat Duduk.
3.      Kandungan Hadits
Hadits di atas berbicara tentang pentingnya niat mencari ilmu. Dalam mencari ilmu hendaknya seseorang harus benar-benar menjaga niatnya, karena jika ia salah dalam niatnya, Maka Allah SWT telah menyiapkan tempat duduk bagi dia di neraka. Pada hakekatnya niat ikhlas karna Allah SWT tidak hanya terbatas untuk menuntut ilmu saja, melainkan segala amal baik seoarang muslim hendaknya karena Allah SWT, sebagaiman FirmanNya yang berbunyi:
Artinya : “ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan  memurnikan ketaatan kepadanya dalam  menjalankan agama dengan lurus”
Ketika Hamka menafsirkan ayat ini, beliau mengomentari ; segala amal dan ibadat, atau apapun jua perbuatan yang bersangkutan dengan agama, yang dikerjakan dengan kesadaran, hendaklah ikhlas karena Allah swt belaka, bersih dari pada pengaruh yang lain. Dengan menjauhkan diri dari kesesatan, yaitu condong kepada kebenaran laksana jarum kompas (pedoman) kemana pun dia diputarkan, namun jarumnya selalu condong ke utara. Demikian hendaknya hidup manusia, condong kepada yang benar, tidak dapat dipalingkan kepada yang salah.
Menuntut ilmu akan menjadi sebuah ibadah dan merupakan bukti ketaan kepada Allah swt apabila di niati  sebagi mana ayat diatas. Bahwasanya ayat diatas menjelaskan, manusia diperintah hanya untuk beribadah kepada Allah swt dan berbuat ikhlas dalam menjalankan agamanya. Sebagai sebuah konsekuensi apabila seorang penuntut ilmu terdapat niatan yang salah bukan karena ridlo Allah swt atau hanya untuk mencari kesenangan dunia belaka, maka ia tidak akan pernah mendapatkan bau harumnya surga di hari kiamat nanti
Islam adalah agama yang ajarannya banya menyerukan kepada pemeluknya untuk menuntut ilmu, karena agama tidak akan dipahami tanpa ilmu. Dalam konteks ini niatan mencari ilmu sebagaimana bunyi di dalam al- Qur’an dalam surat Al- Bayyinah ayat 5, hanya dipergunakan untuk menegakkan ajaran islam.
Sebagai motivasi para penuntut ilmu adalah mendapatkan ridlo Allah dalam bentuk konkritnya adalah surga, karena seseorang yang pergi untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan ia untuk masuk surga. Tidak dipungkiri selama perjalanan mencari ilmu, niat seorang pelajar kemungkinan besar bias berubah. Maka langkah untuk mengantisipasinya adalah sebagai berikut :
Selalu melakukan “ tajdidun niat “ ( memperbaruhi niat ) jadi untuk mengantisipasi agar orientasi penuntut ilmu tidak berubah, pada sewaktu memperbaruhi niat, merupakan jawaban yang paling tepat. Bagi seorang yang cerdik, ia akan memperbaruhi niatnya untuk memastikan hati dan perasaan agar terus teguh memadu kehidupan sebagai seorang penuntut ilmu, ia akan meneguhkan hati dan niatnya agar tidak mudah menerima bisika syaitan. Konsep niat yang diterapkan oleh Rasul bukan sekedar satu prinsip yang dipegang untuk mencapai kebahagiaan dunia saja, tetapi juga kebahagiaan di akhirat kelak.
Ayat lain yang menunjang keutamaan niat adalah :
Artinya : “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam (QS. Al An’aam : 16
 Ayat ini menjelaskan tentang iman kepada Allah itu dengan kesatuan tujuan ibadat kepada-Nya pula sebab kita telah percaya bahwa Dia Esa, maka kitya atukan satukan pula ibadat kita kepada-Nya. Nabi muhammad mempelopori ibadah itu, sebab itu beliau disuruh menyatakan dengan tegas bahwa sembahyang beliau hanya karena Allah dan untuk Allah. Pertama sembahyang , karena inilah pokok. Tanda acara kepadanya dan tanda cinta kepadanya. Bila datang panggilan, maka disaat itu juga aku hadir. Allah maha besar, Allah maha besar ! yang lainkecil yang remeh berhala. Kemudian itu ialah ibadatku semuanya. Disini disebut nusuki, yang diartikan pada umumnya untuk sekalian ibadat. Sedangkan pangkal pokok arti dipakai untuk penyembelihan kurban ketika mengerjakan haji untuk Allah. Bahkan bukan itu saja, hidupku inipun dan matikupun untuk Allah, karena Allah. Semuanya itu aku serahakan kepada tuhanku Allah. Tuhan dari sarwa sekalian alam ini, tidak dua, tidak berbilang, hanya satu. Dengan segenap kesadaran hidupku ini, aku kurbankan untuk mencapai ridha-Nya dan dengan segenap kesadaran pula aku bersedia bila saja datang panggilan maut, buat menghadap hadiratnya.   
Al- Ghozali menuliskan dalam kitabnya ihya’ ulumiddin bahwa pelajar harus rajin dan bersungguh- sungguh dalam menuntut ilmu. Jangan sampai menuntut ilmu berubah menjadi keserakahan yaitu untuk mengumpulkan kelebihan duniawi. Jika demikian tujuan niatnya, berarti ia adalah seorang yang sedang berusaha untuk meruntuhkan agamanya dan menjerumuskan  dirinya, serta menjual akhiratnya yang abadi dengan kepentingan dunia yang hampa ini. Sebaliknya apabila niat dan tujuannya hanya karena Allah dan hanya dirinya yang tahu, karena hendak mencari hidayah bukan sekedar mencari kesenangan duniawi maka bergembiralah. Sebab saat ia berjalan mencari ilmu, ia akan dipayungi oleh malaikat dengan sayapnya, dan ikan-ikan di airpun akan memohonkan pengampunan terhadapa Allah agar terkabul niat nya.
Menurut K.H. Moch. Jamaludin Ahmad, orang yang menuntut ilmu itu terbagi menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Orang yang mencari ilmu karena hendak mencari bekal ke akhirat. Niatnya hanya untuk mencapai keridhoan Allah dan bekal utuk hari  kiamat.
2.  Orang yang mencari ilmu untuk persiapan kehidupan yang fana ini, disamping niat untuk persiapan kehidupan akhirat lainnya hendak mencapi kekuasaan, kemuliaan, kemegehan, dan harta benda. Sedang ia sadar bahwa niat yang demikian itu sama sekali tidak bernilai dan tidak dihargai.
3.  Orang yang mencari ilmu karena dipengaruhi oleh syaithon, ia mempergunakan ilmunya untuk menambah kekayaan, membanggakan kemegahan dan menyombongkan diri. Ia tidak dapat digolongan kedalam golongan orang yang berilmu, karena ia telah digelapkan oleh tipu daya syaithon. Orang yang seperti ini akan rusak dan mudah diperdaya. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa, niat dalam segala perbuatan merupakan hal yang sangat penting. Karena jika dalam niat saja seseorang telah keliru maka berat rasanya untuk menjalankan perbuatan tersebut dan hasil yang akan dicapaipun tidak akan maksimal. Apalagi dalam urusan ilmu, jangan sampai seseorang berniat untuk mencari kesenangan dunia semata, karena hal yang demikian akan menghalangi ia untuk mendapatkan ridloNya serta menghalangi langkahnya untuk menuju surga.
Pelajaran yang Terdapat dalam Hadits:
a.       Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah Ta’ala).
b.       Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah Ta’ala dituntut pada semua amal shalih dan ibadah.
c.       Seorang mu’min yg akan akan belajar dengan niat yang ikhlas akan diberi ganjaran pahala.
d.      Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah.
e.       Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat.[3]




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahsan diatas saya dapat menyimpulkan hal sebagai berikut:
1.      Seorang penuntut ilmu harus memiliki  niat yang baik atau lurus dalam menuntut ilmu agar ilmu yang dimiliki menjadi  berkah bagi dirinya;
2.      Rasulullah juga memberikan tuntunan dalam memiliki niat baik dalam menuntut ilmu sebagaimana yang bunyi penggalan hadis yang sangat terkenal riwayat muslim mengatakan segala sesuatu itu tergantung dari niat.
B.     Saran
Selaku penulis ,kami memberi saran kepada teman-teman diantaranya:
1.      Dalam mengerjakan tugas perlu kesungguhan, kerja sama dengan kelompok.
2.      Carilah referensi yang banyak yang sesuai denga judul tugas.
3.      Jangan malu bertanya demi sempurananya tugas.
4.      Kerjakanlah tugas dengan sabar.






DAFTAR PUSTAKA
Romansyah , Rudy. Hadist menuntut ilmu. Diakses pada tanggal 11 Maret 2015






[2]Ummul Hamam, Riyadh. Niat dalam menuntut ilmu. Diakses pada tanggal 12Maret 2015
[3]Rudy Romansyah. Hadist menuntut ilmu. Diakses pada tanggal 12Maret 2015

Artikel Terkait

Previous
Next Post »