Makalah, Urgensi Pendidikan Islam di Lingkungan Keluarga Dalam Pembinaan Akhlak Mulia Anak Mata Kuliah Kapita Selekta

12:09:00 PM


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan  inayah-Nya sehingga penulis dengan segala kelebihan dan kekurangannya dapat menyelesaikan  tugas  makalah Kapita Selekta  ini, yang diberi  judul “Urgensi Pendidikan Islam di Lingkungan Keluarga dalam Pembinaan Akhlak Mulia Anak”.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, walaupun sesungguhnya penulis sudah berupaya keras dengan kemampuan sesuai disiplin ilmu yang dimiliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis meminta para pembaca agar senantiasa dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menghanturkan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada dosen yang bersangkutan. 
Semoga segala bantuan, dorongan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis mandapatkan balasan dari Allah SWT. Dan akhir kata, penulis harapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amiin.

Watampone,  Juni 2015

Penulis



DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR                                                                                            
DAFTAR  ISI                                                                                                          
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang                                                                                             
B. Rumusan Masalah                                                                                        
C. Tujuan Penulisan   
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Islam dan Keluarga   
B. Peran Pendidikan Islam di Lingkungan Keluarga dalam Pembinaan Akhlak Mulia Anak   
C. Urgensi Pendidikan Islam di Lingkungan Keluarga dalam Pembinaan Akhlak Mulia Anak                                                                                    
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA


BAB 1
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam Islam memperoleh tempat dan posisi yang sangat tinggi, karena melalui pendidikan orang dapat memperoleh ilmu, dan dengan ilmu orang dapat mengenal Tuhannya, mencapai ma’rifatullah, peribadatan seseorang juga akan hampa jika tidak dibarengi dengan ilmu. Demikian juga tinggi rendahnya seseorang, disamping iman, juga sangat ditentukan oleh kualitas keilmuan (kearifan) seseorang. Karena ilmu sangat menentukan, maka pendidikan sebuah proses perolehan ilmu menjadi sangat penting.
Pendidikan Islam dipahami sebagai proses transformasi dan internalisasi nilai-nilai ajaran Islam terhadap peserta didik, melalui proses pengembangan fitrah agar memperoleh keseimbangan hidup dalam semua aspeknya. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting dilakukan secara terus-menerus oleh manusia sampai akhir hayatnya, dan yang paling penting pendidikan dalam keluarga.[1]  
Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang pertama dimana anak mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang agama dari orang tua, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.
Keluarga adalah wadah yang pertama dan utama atau tempat perkembangan seorang anak sejak dilahirkan sampai proses pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Oleh karena itu, di dalam keluargalah dimulainya pembinaan nilai-nilai akhlak karimah (mulia) ditanamkan bagi semua anggota keluarga.
Anak merupakan amanah Allah SWT. yang harus dijaga dan dibina. Ia membutuhkan pemeliharaan, penjagaan, kasih sayang, dan perhatian. Cara memeliharanya dengan pendidikan akhlak yang baik.[2]
Pendidikan akhlak (moral) adalah serangkain prinsip dasar moral dan keutamaan sikap serta watak (tabiat) yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa pemula hingga menjadi mukallaf, yakni siap untuk memengarungi lautan kehidupan. Imam Al-Gazali menekankan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang dapat dinilai baik atau buruk dengan menggunakan ukuran ilmu pengetahuan dan norma agama.[3] Oleh karena itu, orang tua memegang faktor kunci yang bisa menjadikan anak tumbuh dengan jiwa Islami. Sehingga Orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan dan bimbingan terhadap anak, karena hal itu sangat menentukan perkembangan anak untuk mencapai keberhasilannya. Hal ini juga sangat bergantung pada penerapan pendidikan khususnya agama, serta peranan orang tua sebagai pembuka mata yang pertama bagi anak dalam rumah tangga. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi Saw. yang menyebutkan‘’ Dari Abu Hurairah r.a berkata, bersabda Nabi SAW., Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi’’. (H.R. Bukhari).[4]
Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa baik buruknya anak sangat tergantung pada sikap orang tuanya. Anak yang dilahirkan ke muka bumi ini dalam keadaan fitrah (kemampuan dasar) berupa potensi religius (nilai-nilai agama). Kemampuan dasar ini pada dasarnya adalah setiap jiwa manusia telah disirami dengan nilai-nilai agama Islam. Naluri agama yang dimiliki oleh manusia untuk melangsungkan kehidupannya di dunia merupakan pedoman yang harus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini, sehingga proses pendidikan untuk mengembangkan potensi agama, ke arah yang sebenarnya.
Hadis di atas juga menekankan bahwa fitrah yang dibawa sejak lahir bagi anak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Fitrah tidak dapat berkembang tanpa adanya pengaruh positif dari lingkungannya, yang mungkin dapat dimodifikasi atau dapat diubah secara drastis apabila lingkungannya tidak memungkinkan untuk menjadikan fitrah lebih baik. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pendidikan Islam dalam keluarga dapat membina akhlak mulia anak.      
B.       Rumusan Masalah
Berdasakan pada latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan dalam makalah ini:
1.    Apa pengertian pendidikan Islam dan keluarga?
2.    Bagaimana peran atau upaya yang dilakukan oleh keluarga dalam pembinaan akhlak mulia anak?
3.    Bagaimana urgensi pendidikan Islam di lingkungan keluarga dalam pembinaan akhlak mulia anak?
C.      Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui pengertian pendidikan Islam dan keluarga.
2.    Untuk mengetahui peran atau upaya yang dilakukan oleh keluarga dalam pembinaan akhlak mulia anak.
3.    Untuk mengetahui urgensi pendidikan Islam di lingkungan keluarga dalam pembinaan akhlak mulia anak.

 BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pendidikan Islam dan Keluarga
1.    Pengertian Pendidikan Islam
Kata ‘’Pendidikan’’ berasal dari bahasa Yunani, yakni paedagogie yang merupakan kata majemuk yang terdiri atas kata paes dan ago. Kata paes berarti anak dan kata ago berarti aku membimbing.[5] Dalam bahasa Indonesia kata pendidikan tersebut berasal dari kata ‘’didik’’ yang didahului awalan ‘’pe’’ dan akhiran ‘’an’’ yang mengandung arti perbuatan, hal, cara, dan sebagainya. Dalam bahasa Inggris disebut dengan education. Dan dalam bahasa Arab disebut dengan al-Tarbiyah, yang pada hakekatnya berarti pengarahan. Arti pendidikan yang dikemukakan di atas, baik dalam bahsa Yunani, bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahsa Arab, bila kesemuanya dikaitkan antara satu dan lainnya, memiliki makna yang identik, yakni pada intinya pendidikan secara etimologi adalah bimbingan atau pengarahan.
Dari pengertian pendidikan secara etimologi tersebut maka dapat dipahami bahwa dalam prakteknya  pendidikan selalu dihubungkan dengan anak, maksudnya anaklah yang menjadi objek didikan. Hal demikian ini,  karena dari asal kata pendidikan itu sendiri selalu berhubungan dengan anak. Yakni mendidik anak dalam arti membimbingnya dengan sebaik-baiknya. Dari sini dapat dirumuskan bahwa pendidikan secara terminologi dapat pula diartikan sebagai bimbingan atau pertolongan yang dijalankan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
Dengan demikian, maka pendidikan berarti, segala usaha sesorang kepada orang lain untuk menjadikannya lebih dewasa dan berkembang secara jasmaniyah dan rohaniyah.       
Menurut Zuhairini, yang dikutip oleh Muhaimin menjelaskan bahwa dalam Islam pada mulanya pendidikan disebut dangan kata “ta’lim” dan “ta’dib” mengacu pada pengertian yang lebih tinggi, dan mencakup unsur-unsur pemgetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan pembimbingan yang baik (tarbiyah). Sedangkan menurut Langgulung (1997), pendidikan Islam itu setidak-tidaknya tercakup dalam delapan pengertian, yaitu al-Tarbiyah al-Diniyah (pendidikan keagamaan), ta’lim al-din (pengajaran agama), al-Ta’lim al-Diny (pengajaran keagamaan), al-Ta’lim al-Islamy (pengajaran keislaman), tarbiyah al-Muslimin (pendidikan orang-orang Islam), al Tarbiyah fi al-Islam (pendidikan dalam Islam), al-Tarbiyah ‘inda  almuslimin (pendidikan di kalangan orang-orang Islam), dan al-Tarbiyah al- Islamiyah (pendidikan Islam).[6]
Pendidikan Islam secara bahasa adalah Tarbiyah Islamiyah. Sedangkan
secara terminologi ada beberapa pengertian tentang pendidikan Islam yang telah dicetuskan oleh para ahli diantaranya:
a.         Muhammad SA. Ibrahim (Bangladesh) menyatakan bahwa  pendidikan Islam merupakan suatu sistem, yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling mengait. Misalnya kesatuan system akidah, syariah, dan akhlak, yang meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang mana keberartian suatu komponen yang lain. Pendidikan Islam juga dilandaskan atas ideologi Islam, sehingga proses pendidikan Islam tidak bertentangan dengan norma dan nilai dasar ajaran Islam. 
b.         Omar Muhammad al-Toumil al-Syaibani mendefinisikan pendidikan Islam dengan: ‘’Proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi diantara profesi-profesi asasi masyarakat’’. Pengertian ini lebih menekankan pada perubahan tingkah laku, dari, yang buruk menuju yang baik dari yang minimal menuju yang maksimal, cara mengubah tingkah laku itu melalui proses pengajaran.
c.         Muhammad Javed al-Sahlani dalam al-Tarbiyah Wa al-Ta’lim Al-Quran al-Karim mengartikan pendidikan Islam dengan: ‘’Proses mendekatkan manusia kepada tingkat kesempurnaan dan mengembangkan kemampuannya’’. Definisi ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Jalaluddin Rahmat, mempunyai tiga prinsip pendidikan Islam, (1) pendidikan merupakan proses pembantuan pencapaian tingkat kesempurnaan, yaitu manusia mencapai tingkat keimaman dan berilmu (QS. Al-Mujadalah: 11) yang disertai kualitas amal shaleh (QS. Al-Mulk: 2); (2) sebagai model, maka Rasulullah SAW. sebagai uswatul hasanah (suri teladan) yang dijamin Allah SWT. memiliki akhlak yang mulia (QS. Al-Ahzab: 21, Al-Qalam: 4). (3) Pada diri manusia terdapat potensi baik buruk (QS. Asy-Syams: 7-8).[7] 
Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu proses mengubah tingkah laku seseorang atau individu dalam kehidupan pribadinya, masyarakat dan alam sekitarnya, agar memiliki perilaku yang baik (akhlak mulia) yang sesuai dengan ajaran Islam melalui proses pengajaran sehingga mencapaian tingkat kesempurnaan, yaitu mencapai tingkat keimaman dan berilmu yang disertai kualitas amal shaleh.
2.    Pengertian Keluarga
Dalam Islam, keluarga dikenal dengan istilah usrah, nasl, ali, dan nasb. Keluarga dapat diperoleh melalui keturunan (anak,cucu), perkawinan (suami, istri), persusuan dan pemerdekaan. Keluarga dalam pandangan antropologi adalah suatu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki tempat tinggal dan ditandai oleh kerja sama, ekonomi, berkembang, mendidik, melindungi, merawat, dan sebagainya. Inti keluarga adalah ayah, ibu, dan anak.[8]
Sebagai pendidik anak-anaknya, ayah dan ibu mempunyai kewajiban dan memiliki bentuk yang berbeda dengan karena keduanya berbeda kodrat. Ayah berkewajiban mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarganya melalui pemanfaatan karunia Allah SWT. di muka bumi (QS. Al-jumu’ah: 10), dan selanjutnya dinafkahkan pada anak-istrinya (QS. Al-Baqarah: 228, 233). Kewajiban ibu adalah menjaga, memelihara, dan mengelola keluarga di rumah suaminya, terlebih lagi mendidik dan merawat anaknya. Dalam sabda Nabi SAW. dinyatakan: ‘’ Dan perempuan adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan ditanyai dari pimpinannya itu’’.(H.R.Bukhari Muslim). Hal itu berimplikasi pada pola dan sistem pendidikan laki-laki dan pendidikan wanita harus dibedakan, karena pendidikan pada dasarnya suatu upaya untuk membimbing manusia dalam memenuhi kewajibannya.
Anak merupakan amanat Allah SWT. bagi kedua orang tuanya. Ia mempunyai jiwa yang suci dan cemerlang, apabila ia sejak kecil dibiasakan baik, dididik dan dilatih dengan kontinu, maka ia akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik pula. Sebaliknya, apabila ia dibiasakan berbuat buruk, nantinya ia akan terbiasa berbuat buruk pula dan menjadikan ia celaka dan rusak. [9]
Anak adalah anggota keluarga, dimana orang tua adalah pemimpin keluarga, sebagai penanggung jawab atas keselamatan warganya di dunia dan khususnya di akhirat. Maka orang tua wajib mendidik anak-anaknya.[10] Allah SWT. berfirman dalam surah At-Tahrim: 6:
Artinya:‘’Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan’’.
Ayat di atas menunjukkan bahwa memberikan pendidikan kepada anggota keluarga merupakan kewajiban agar terhindar dari siksa api neraka. Hal ini melindungi diri dari kehancuran juga melindungi keluarga dari api neraka. Sebagaimana dibutuhkan perlindungan hari akhirat maka, lebih dibutuhkan perlindungan pada masa kehidupan di dunia karena yang kita tanamkan pada masa hidup di dunia, akan dipetik hasilnya di akhirat.  
B.       Peran Pendidikan Islam di Lingkungan Keluarga dalam Pembinaan Akhlak Mulia Anak
Pada prinsipnya, pendidikan anak dalam Islam hendaknya dimulai sedini mungkin. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW.,‘’ Suruhlah anak-anak kamu Shalat jika mereka berumur tujuh tahun. Lalu, pukullah mereka jika telah berumur sepuluh tahun (dan masih tidak melakukannya).’’ Pendidikan sejak dini akan menanamkan kebiasaan dalam diri anak, yang akan mendukung kesadaran penuh jika anak telah mencapai tingkat balignya.
Untuk itu, seorang guru atau orang tua harus tahu yang diajarkan kepada seorang anak serta metode yang telah dituntunkan oleh Rasulullah SAW. Beberapa tuntunan tersebut antara lain sebagai berikut:
1.         Menanamkan Tauhid dan Akidah yang Benar Kepada Anak
Hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa tauhid merupakan landasan Islam. Apabila seseorang benar tauhidnya, dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, tanpa tauhid, dia terjatuh ke dalam kesyirikan dan akan menemui kecelakaan di dunia serta kecelakaan di akhirat. Tauhid merupakan pusat segala usaha dan tujuan dalam setiap amal dan perbuatan. Oleh kerena itu, di dalam Al-Quran, Allah SWT. kisahkan nasihat Luqman kepada anaknya. Dalam surah Luqman: 13
øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ
ArtinyaDan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

2.         Mengajari Anak untuk Melaksanakan Ibadah
Hendaknya sejak kecil putra-putri diajarkan beribadah dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah SA. Mulai dari tata cara bersuci, shalat, puasa, dan ibadah lainnya. Apabila mereka dapat menjaga ketertiban shalat, ajak pula untuk menghadiri shalat berjamaah di masjid. Dengan melatih anak sejak dini, mereka terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut saat dewasa. Dengan demikian, semua hal tersebut akan berguna untuk membiasakan anak taat kepada Allah SWT. 
3.         Mengajarkan Al-Quran, Hadis, Doa dan Zikir yang Ringan kepada Anak
Hal ini, dapat dimulai dengan mengajarkan Al-Quran surah Al-Fatihah dan surah-surah yang pendek serta doa tahiyat untuk shalat. Kemudiaan menyediakan guru khusus untuk mengajari tajwid, menghafal Al-Quran dan hadis. Begitu pula dengan doa dan zikir sehari-hari. Hendaknya anak mulai menghafalkannya seperti doa ketika makan, keluar masuk WC, dll.
4.         Mendidik Anak dengan Berbagai Adab dan Akhlak yang Mulia
Ajarilah anak dengan berbagai adab yang islami, seperti makan dengan tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan, menjaga kebersihan, mengucapkan salam, dll. Begitu pula dengan akhlak, tanamkan kepada anak akhlak-akhlak mulia,seperti berkata, dan bersikap jujur, berbakti kepada orang tua, dermawan, menghormati yang lebih tua, dan sayang kepada yang lebih muda, serta beragam akhlak lainnya.    
Kiranya tidak diragukan lagi bahwa keutamaan akhlak dan tingkah laku merupakan salah satu iman yang meresap ke dalam kehidupan keberagamaan anak. Ia akan terbiasa dengan akhlak yang mulia karena ia menyadari bahwa iman membentengi dirinya dari berbuat dosa dan kebiasaan jelek.
5.         Melarang Anak dari Berbagai Perbuatan yang Diharamkan
Hendaknya anak sedini mungkin diperingatkan dari beragam perbuatan yang tidak baik atau diharamkan, seperti merokok, judi, minuman khamar, mencuri, mengambil hak orang lain, dll. Ada banyak ayat dalam Al-Quran yang harus diperhatikan oleh setiap muslim. Satu dari sekian banyak isyarat itu adalah pokok-pokok pendidikan anak yang dilakukan oleh seorang ahli hikmah bernama Luqman. Allah SWT. mengabdikan keberhasilan Luqman dalam mendidik anak-anaknya di dalam Al-Quran surah Luqman ayat 13-16.
Artinya: ‘’Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui’’.
Dari ayat tersebut dijelaskan, ada tiga pokok pendidikan yang harus ditanamkan orang tua kepada anaknya:
a.    Memiliki tauhid yang mantap
Memiliki tauhid atau iman yang mantap merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan seorang muslim. Dengan iman yang mantap, seseorang akan memiliki akhlak yang mulia sebagaimana Rasulullah SAW. bersabda, ‘’Mukmin yang sempurna imannya adalah yang bagus akhlaknya’’. (H.R. Tirmidzi).
b.    Berbuat baik kepada Orang tua
Disamping iman yang mantap, yang harus ditanamkan oleh orang tua terhadap anaknya adalah berbuat baik kepada orang tua. Oleh karena itu, Rasulullah SAW. menekankan kepada para sahabatnya agar berbuat baik kepada orang tua. Ketika ada sahabat bertanya tentang siapa yang harus dicintai dalam hidup ini, Rasul menjawab,’’Allah dan Rasulnya’’. Lalu, sahabat itu bertanya lagi, ‘’siapa lagi ya Rasul’’. Rasul menjawab, ‘’ibumu’’, jawaban ini dikemukakan Rasul hingga tiga kali, setelah itu, ‘’bapakmu’’. Berkata ‘’ah’’ kepada orang tua juga dilarang karena hal itu sangat menyakitkan orang tua.
c.    Bertanggung jawab dalam berbuat
Pokok pendidikan anak yang ketiga yang ditanamkan Luqman kepada anaknya adalah rasa tanggung jawab. Seluruh yang dilakukan oleh manusia akan ada pertanggungjawabannya di akhirat atau ada balasannya, amal baik akan dibalas dengan kebaikan dan amal buruk akan dibalas dengan keburukan.[11]
Dan adapun beberapa metode praktis yang ditawarkan oleh pendidikan Islam untuk membina akhlak anak-anaknya agar menjadi anak yang berakhlak mulia (akhlak yang baik), metode tersebut antara lain sebagai berikut:
1.         Metode Hiwar (Dialog)
Hiwar adalah hubungan percakapan antara seorang anak dengan orang tua atau pendidik. Metode ini merupakan suatu keharusan bagi orang tua dan guru terhadap anak-anaknya, sebab dengan metode ini akan terjadi percakapan yang dinamis, lebih mudah dipahami, lebih berkesan dan orang tua atau guru sendiri tahu sejauh mana tingkat pemikiran dan sikap yang dimiliki anaknya.
2.         Metode Kisah (cerita)
Kisah memiliki peranan penting dalam memperkokoh ingatan anak dan kesadaran berpikir. Kisah termasuk metode yang paling efektif, karena kisah yang diberikan kepada anak didik dapat mempengaruhi perasaannya yang kuat. Kisah yang seharusnya diangkat dari Al-Quran an dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menyampaikan ajaran Islam yang terkandung dibalik cerita tersebut, misalnya aspek akidah, ibadah, dan, akhlak. Ketiga aspek ajaran Islam ini diberikan kepada anak usia prasekolah melalui metode kisah.
3.         Metode Amtsal
Amsal adalah metode perumpamaaan yang tepat diberikan kepada anak usia prasekolah, karena dengan metode ini orang tua dapat mengarahkan anaknya sesuai dengan perumpamaan yang diberikan kepadanya. Misalnya orang tua mengatakan si A‘’anak yang selalu bohong tidak akan mendapatkan teman’’. Maka secara tidak sengaja anak itu akan mendapat teman. Inilah salah satu contoh metode perumpamaan yang dapat diberikan kepada anak usia prasekolah yang disesuaikan dengan keadaan mereka.  
4.         Metode Teladan
Metode ini merupakan metode pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada anak usia prasekolah dengan cara pendidik memberikan contoh teladan yang baik kepada anak agar di tiru dan dilaksanakan. Suri teladan dari para pendidik merupakan faktor yang besar pengaruhnya dalam pendidikan anak. Pendidik terutama orang tua dalam rumah tangga dan guru disekolah adalah contoh yang ideal bagi anak. Salah satu ciri utama anak adalah meniru, sadar atau tidak, akan meneladani segala sikap, tindakan, dan perilaku orang tuanya, baik dalam bentuk perkataan dan perbuatan maupun dalam pemunculan sikap-sikap kejiwaan, seperti emosi, sentiment, kepekaan, dsb.
5.         Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan adalah metode yang efektif dalam mendidik anak. Pembiasaan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya, akan menjadi mudah bagi anak tersebut untuk melakukan apa yang dibiasakannya. Anak yang masih kecil perlu dibiasakan untuk melakukan ajaran agama, agar anak tersebut terbiasa melakukannya.
6.         Metode Praktik
Metode ini jika dilihat dari ajaran Islam, bertolak dari ancaman Allah SWT. terhadap orang yang hanya berkata tanpa berbuat, atau menganjurkan orang lain berbuat baik, sedangkan ia berbuat sebaliknya. Dari segi psikologis dan mentodologis metode ini sangat menarik anak, sebab praktik dan peragaan merangsang banyak indra anak, misalnya mata, telinga, dan minat atau perhatiannya. Banyak ajaran Islam seperti shalat, zakat, sedekah, akhlak mulia yang dapat dipraktikkan atau dengan sengaja diperagakan di depan anak. Kecenderungan meniru akan mendorong anak melekukan ajaran-ajaran yang dipraktikkan di depannya, meskipun dalam bentuk dan cara yang belum seluruhnya benar. Kebenaran suatu amalan agama memang belum dituntut dari seorang anak yang masih kecil.   
7.         Metode Hukuman
Diantara anak ada yang agresif, suka melawan, berkelahi, senang mengganggu, dan bandel, sehingga sukar mengendalikannya melalu cara atau metode yang lazim digunakan untuk sebagian besar anak-anak biasa. Untuk anak semacam itu dapat menggunakan metode hukuman. Ajaran Islam tentang pendidikan ternyata membenarkan pemberlakuan hukuman atas anak pada saat terpaksa, atau dengan metode-metode lain sudah  tidak berhasil.
Pemberlakuan hukuman dapat dipahami, karena disatu sisi Islam menegaskan bahwa anak adalah amanah yang dititipkan Allah kepada orang tuanya, disisi lain, setiap orang tua yang mendapat amanah wajib bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pendidikan anaknya agar menjadi manusia yang memenuhi tujuan pendidikan Islam. Untuk itu. Orang tua harus melakukan segala cara (metode, teknik) termasuk hukuman, umpamanya dengan teknik: (1) mengasingkan anak beberapa jam dari pergaulan dalam rumah tangga, (2) mengurungnya beberapa jam di kamar, (3) memukulnya dengan alat-alat yang diperkirakan tidak membuat kulitnya luka. Semuanya dilakukan dengan teknik yang benar-benar pedagogis.[12]
Dengan demikian, selain untuk memperbaiki kesalahan dan kepribadian pelaku,hukuman juga dapat dipakai sebagai pelajaran bagi orang-orang yang ada disekitarnya, sehingga tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan.    
C.      Urgensi Pendidikan Islam di Lingkungan Keluarga dalam Pembinaan Akhlak Mulia Anak
Kita ketahui bahwa tugas keluarga dalam mendidik anaknya sudah sangat berat dan harus di bantu oleh sekolah, akan tetapi kita harus ingat bahwa tidak semua anak sedari kecilnya sudah menjadi tanggungan sekolah. Jangan kita salah tafsir bahwa anak-anak yang sudah diserahkan kepada sekolah untuk dididikinya adalah seluruhnya menjadi tanggung jawab sekolah. Telah dikatakan bahwa kewajiban sekolah adalah membantu keluarga dalam mendidik anak-anak.
Dalam mendidik anak-anak itu, sekolah melanjutkan pendidikan anak-anak yang telah dilakukan orang tua di rumah. Berhasil atau tidaknya pendidikan di sekolah bergantung pada dan dipengaruhi oleh pendidikan  dalam keluarga. Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekolah maupun dalam masyarakat.[13]  
Nurcholish Madjid menyatakan pentingnya pendidikan agama dalam lingkungan keluarga. Pendidikan agama disini dimaksudkan bukan hanya dalam bentuk formalitas, tapi harus dilihat dari tujuan dan makna haqiqinya, yaitu upaya mendekatkan (taqarrub) kepada Allah SWT. dan membangun budi pekerti yang baik sesama manusia (akhlak al-karimah). Sebab itu, perlu ditekankan pada pendidikan bukan pengajaran, pengajaran dapat dilimpahkan pada lembaga pendidikan, tapi pendidikan tetap menjadi tanggung jawab orang tua. 
Di dalam ajaran Islam, akhlak tidak dapat dipisahkan dengan iman. Iman merupakan pengakuan hati. Akhlak merupakan pantulan iman pada perilaku dan ucapan. Iman adalah maknawi, sedangkan akhlak merupakan bukti keimanan dalam perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran dan karena Allah semata.
Kata ‘’akhlak’’ berasal dari bahasa arab, yaitu jama dari kata ‘’khuluq’’ yang secara ligustik diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, tabiat, tata krama, sopan santun, adab dan tindakan. Menurut istilah, terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli:
1.         Ibnu Maskawaih, mendefinisikan, akhlak adalah sikap jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan terlebih dahulu.
2.         Muhmmad bin Ilaan Ash-Shadieqy mendefinisikan, akhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia yang dapat menimbulkan perbuatan baik, dengan cara yang mudah tanpa ada dorongan dari orang lain.[14]
Dari beberapa pengertian akhlak di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa akhlak adalah sifat atau sikap yang tertanam dalam diri manusia yang dapat melahirkan perbuatan baik atau buruk tanpa adanya dorongan dari orang lain.
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW. yang utama, yaitu menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah satu hadis, Nabi Muhammad SAW. yang menegaskan, ‘’Innamȃ buitsu li utammima makarima al-akhlaq’’. (Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak) (H.R. Ahmad).
Perhatian Islam dalam pembinaan akhlak dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam. Pembinaan akhlak dalam Islam terintegrasi dengan pelaksanaan rukun iman. Hasil analisis Muhammad Al-Gazali terhadap rukun Islam yang lima terkandung konsep pembinaan akhlak.
Sebagian besar pemikiran akhlak Ibnu Miskawaih lebih bercorak keagamaan, terutama paham sufi. Pembinaan akhlak menurutnya dititik beratkan pada pembersihan pribadi dari sifat-sifat yang berlawanan dengan tuntunan agama, seperti takabur,  pemarah, dan penipu.
Dengan pembinaan akhlak, terwujudnya manusia yang ideal, yaitu anak yang bertakwa kepada Allah SWT. dan cerdas. Di dunia pendidikan, pembinaan akhlak dititik beratkan pada pembentukan mental anak atau remaja agar tidak mengalami penyimpangan.
Pendidikan akhlak di dalam keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua. Perilaku dan sopan santun orang dalam hubungan dan pergaulan antara ibu dan bapak, perlakuan orang tua terhadap anak-anak mereka dan perlakuan orang tua terhadap orang lain di dalam lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat akan menjadi teladan bagi anak-anak.



BAB III
PENUTUP
A.  Simpulan
      Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1.    a. Pendidikan Islam adalah suatu proses mengubah tingkah laku seseorang atau individu dalam kehidupan pribadinya, masyarakat dan alam sekitarnya, agar memiliki perilaku yang baik (akhlak mulia) yang sesuai dengan ajaran Islam melalui proses pengajaran sehingga mencapaian tingkat kesempurnaan, yaitu mencapai tingkat keimaman dan berilmu yang disertai kualitas amal shaleh. 
b. Keluarga adalah suatu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki tempat tinggal dan ditandai oleh kerja sama, ekonomi, berkembang, mendidik, melindungi, merawat, dan sebagainya. Inti keluarga adalah ayah, ibu, dan anak.
2.    Peran Pendidikan Islam di lingkungan keluarga dalam pembinaan akhlak mulia anak adalah menanamkan tauhid dan akidah yang benar kepada anak, mengajari anak untuk melaksanakan ibadah, mendidik anak dengan berbagai adab dan akhlak yang mulia, serta dapat pula melalui metode hiwar, teladan, amtsal, kisah, hukuman, praktik, pembiasaan.
3.    Urgensi Pendidikan Islam di lingkungan keluarga dalam pembinaan akhlak mulia anak adalah terwujudnya manusia yang ideal, yaitu anak yang bertakwa kepada Allah SWT. dan cerdas. Serta membentuk manusia menjadi budi pekerti yang baik, sopan, santun, dsb.
B.  Saran
Sebaiknya seorang anak dibekali dengan pendidikan agama khususnya pendidikan Islam oleh orang tua sejak dini di lingkungan keluarga, karena dengan pendidikan agama yang sudah ada sejak dini dapat mempengaruhi pandangan hidup mereka saat dewasa dan dapat menjadi benteng saat bergaul di masyarakat agar tidak terpengaruh perbuatan negatif. Sehingga dapat menjadi anak yang berpikir dan berperilaku baik, memiliki iman dan taqwa kepada Allah SWT. serta berbakrti kepada orang tua.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. Ilmu PendidikanJakarta: Rineka Cipta,  2001.


Ahmadi, Abu. Ilmu pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1991.


https://diobariskiananda2b.Urgensi-Akhlak-danPendidikanIslam.Wodpress.com diakses tanggal 14 Juni 201


Jamaluddin, Dindin. Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam. Bandung: Pustaka Setia, Juni 2013.


Muhaimin,  Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002.

Muhaimin. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda karya, 1993.



Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2006.


PurwantoM. Nngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan PraktisBandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2009.




[1] Muhaimin. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda karya, 1993, h. 136
[2] Dindin jamaluddin. Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam. (Cet. 1; Bandung: Pustaka Setia, Juni 2013) h. 37
[3]  Ibid  h.76
[4]  Ibid  h. 138-139
[5]  Abu Ahmadi. Ilmu pendidikan (Cet. 1; Jakarta: Rineka Cipta, 1991) h. 69
[6]  Muhaimin,  Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosda Karya,  2002) h36

[7]  Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam. (Cet. 1; Jakarta: Kencana, 2006) h. 25-26
[8]  Ibid  h. 226
[9]   Ibid
[10] Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan (Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta,  2001) h. 177


[11]  Dindin Jamaluddin. Op. Cit. h. 59-63
[12]  Dindin Jamaluddin. Op. cit. h.74-75
[13]  M. Nngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis ( Cet. XIX; Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2009) h. 79
[14] https://diobariskiananda2b.Urgensi-Akhlak-dan-pendidikan-Islam. Wordpress.com. diakses tanggal 14 Juni 2015.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »