Makalah, Aliran Fighi Dalam Mazhab Hambali

12:58:00 PM 0
Makalah, Aliran Fighi Dalam Mazhab Hambali


ALIRAN FIGHI DALAM ISLAM
MAZHAB HAMBALI


Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Tugas PadaMata KuliahMetodelogiStudi IslamJurusan SyariahProgram Hukum Tata Negara  (HTN5)
Semester 2

Oleh :




ASTITI
01154133

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
WATAMPONE
2016


KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah, tiada kata yang paling indah diucapkan kecuali puji dan syukur kehadirat ilahi rabby, karena atas limpahan rahmat dan Taufik-Nya jualah sehingga penyusun dapat merangkum tugas makalah ini walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana.
Selanjutnya shalawat dan taslim tak lupa penyusun kirimkan atas junjungan Nabi Muhammad SAW, Nabi yang telah membebaskan umatnya dari belenggu kejahilan menuju ketingkat intelektual.
Dalam penyusunan makalah ini, banyak hambatan dan kesulitan yang ditemui oleh penulis, sejak tahap penyelesaian, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga tugas ini dapat terselesaikan sesuai dangan waktu yang ditemukan. Karena itu, sepatutnya jika pada kesempatan ini penyusun menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuanya.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk pembuatan makalah selanjutnya. Kritik dan saran penyusun harapkan dari pembaca demi perbaikan makalah dimasa yang akan datang.


                                                                                Watampone, 21 Mei  2016

           
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                                 i
DAFTAR ISI                                                                                                 ii
BAB I PENDAHULUAN                                                                           
A.    Latar Belakang                                                                                    1           
B.     Rumusan Masalah                                                                               1
C.     Tujuan Penulisan                                                                                 2
BAB II PEMBAHASAN                                                                             
A.    Sejarah perkembanga Mazhab Hambali                                             3
B.     Pendiri Mazhab Hambali                                                                    4
C.     Ajaran Pokok Mazhab Hambali                                                          5
BAB III PENUTUP                                                                                     
A.    Simpulan                                                                                             7         
B.     Saran                                                                                                   7
DAFTAR PUSTAKA




BAB I

PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Belakangan ini penelitian tentang sejarah fiqih Islam mulai dirasakan penting. Paling tidak, karena pertumbuhan dan perkembangan fiqih menunjukkan pada suatu dinamika pemikiran keagamaan itu sendiri. Hal tersebut merupakan persoalan yang tidak pernah usai di manapun dan kapanpun, terutama dalam masyarakat-masyarakat agama yang sedang mengalami modernisasi. perkembangan fiqih secara sungguh-sungguh telah melahirkan pemikiran Islam bagi karakterisitik perkembangan Islam itu sendiri.
Kehadiran fiqih ternyata mengiringi pasang-surut Islam, dan bahkan secara amat dominan abad pertengahan mewarnai dan memberi corak bagi perkembangan Islam dari masa ke masa. Karena itulah, kajian-kajian mendalam tentang masalah kesejahteraan fiqih tidak semata-mata bernilai historis, tetapi dengan sendirinya menawarkan kemungkinan baru bagi perkembangan Islam berikutnya.

B.  Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka diajukan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana sejarah perkembangan Mazhab Hambali ?
2.      Siapa Pendiri Mazhab Hambali ?
3.      Apa Ajaran Pokok Mazhab Hambali ?
C.  Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang disusun oleh penulis di atas, maka tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Supaya kita mengetahui sejarah perkembangan Mazhab Hambali ?
2.      Agar kita Pendiri Mazhab Hambali ?
3.      Supaya kita mengetahui Ajaran Pokok Mazhab Hambali ?



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Sejarah Perkembangan
Pada awalnya madzhab Hanbali hanya berkembang di Baghdad. Baru pada abad ke-6 H, madzhab ini berkembang di Mesir. Perkembangan pesat terjadi pada abad ke-11 dan ke-12 H, berkat usaha Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) dan Ibnu Qayyim (w. 751 H). Kedua tokoh inilah yang membuka mata banyak orang untuk memberikan perhatian pada fikih madzhab Hanbali, khususnya dalam bidang muamalah. Kini, madzhab tersebut banyak dianut umat Islam di kawasan Timur Tengah.
Perkembangan Mazhab di Indonesia berkembang dipengaruh oleh para pedagang dan para mubaligh Arab yang menyiarkan ajaran Islam, sehingga Indonesia (Pasai) yang menjadi tempat persinggahan para pedagang Arab dan India, juga berfaha. Kemudian pada perkembangan selanjutnya, paham Hambali banyak berkembang di seluruh pelosok Indonesia yang dibawakan oleh para ulama-ulama yang berpedoman kepada mazhab Hambali.
Nama bagi pengasas Imam Hanbali ialah Ahmad Bin Mohamad Bin Hanbal. Lahir di bandar Baghdad pada tahun 164 hijrah. Ibnu Hanbal adalah dari keluarga miskin, kerana bapanya tidak meninggalkan di waktu matinya melainkan sebuah rumah yang kecil yang didiaminya. Untuk menampung kehidupannya, belaiu terpaksa bekerja di kedai jahit untuk mengambil upah.
Ibnu Hanbal menuntut ilmu sepanjang hayatnya. Beliau tetap mempelajari hadith sehingga beliau menjadi seorang imam, orang pernah berkata kepadanya: "Sampai bilakah engkau nak menuntut ilmu? Padahal engkau sudah mencapai darjat paling tinggi dan engkau telah menjadi imam bagi seluruh umat Islam?" Imam Ibnu Hanbal menjawab: "Aku menuntut ilmu dari hujung dunia hinggalah ke pintu kubur." Memang benar beliau tidak pernah jemu menuntut ilmu sepanjang hayatnya. Imam Syafie adalah salah seorang dari guru Ahmad Bin Hanbal. Ibnu Hanbal bertemu Imam Syafie semasa di Hijaz, sewaktu beliau menunaikan fardu haji, Imam Syafie mengajar di Masjidil Haram. Ibnu Hanbal mempelajari daripadanya, kemudian mereka bertemu pula pada kali kedua di Baghdad, Imam Syafie menasihatinya supaya beliau mengikutnya ke Mesir. Imam Ibnu Hanbal bercadang mengikutinya tetapi niatnya tak sampai.

B.  Pendiri
Pendiri Mazhab Hambali adalah Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal Al-Syaibani. Beliau dilahirkan di Baghdad pada bulan Rabiul Awal tahun 164 H (780M).[1]
Ahmad bin Hambal dibesarkan dalam keadaan yatim oleh ibunya, karena ayahnya meninggal ketika beliau masih bayi. Sejak kecil beliau telah menunjukkan sifat dan pribadi yang mulia sehingga menarik simpati banyak orang. Dan sejak kecil itu pula beliau telah menunjukkan minaat yang besar kepada ilmju pengetahuan, kebetulan pada saat itu Baghdad nerupakan kota pusat ilmu pengetahuan. Beliau memulai dengan belajar menghagfal Al-Quran, kemudian belajar Bahasa Arab, Hadits, sejarah para Nabi dan sahabat serta thabi’in.[2]
Untuk memperdalam ilmu, beliau pergi ke Basrah untuk beberapa kalinya, disanalah beliau bertemu dengan Imam Syafi’i. beliau juga pergi menuntut ilmu ke Yaman dan Mesir.
Pada masa pemerintahan Al-Muktasim sampai khalifah Abbasiyah beliau sempat dipenjara, karena sependapat dengan opini yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. Beliau dibebaskan pada masa khalifah Al-Mutawakkil.
Imam Aahmad Hambali wafat di Baghdad pada usia 77 tahun, atau tepatnya pada tahun 241 H (855 M) pada masa pemerintahan khalifah Al-Wathiq. Sepeninggal beliau, mazhab Hambali berkembang luas dan menjadi salah satu mazhab yang memiliki banyak penganut.[31]

C.  Pokok-Pokok Ajaran
Imam Ahmad mendirikan mazhabnya atas lima dasar poko sebagai berikut.
a.       Nash Alquran dan Sunnah. Jika ia menemukan nash maka ia akan menggunakannya dalam berfatwa dan tidak melirik yang lain, tidak mendahulukan pendapat sahabat daripada hadis yang shahih, atau amalan penduduk Madinah atau yang lainnya.
b.      Fatwa sahabat yang tidak ada pernentangnya, dan tidak menamakannya sebagai ijma’, namun beliau menamakannya karena wara’ “saya tidak menemukan ada yang menentangnya.
c.       Jika para sahabat berbeda pendapat maka beliau akan memilih salah satunya jika sesuai dengan Alquran dan sunnah, dan tidak mencari pendapat orang lain.
d.      Menggunakan hadis mursal dan hadist dhaif  jika tidak ada dalil lain yang menguatkannya dan didahulukan daripada qiyas.
e.       Qiyas, jika tidak ada nash dari Alquran dan sunnah, atu pendapat sahabt atau hadis mursal atau hadis dhaif maka ia baru mengambil qiyas.
Salah satu juga pokok ajaran dalam mazhab hambali ialah Wajib membaca Al-fatihah pada setiap rakaat, dan sesudahnya disunahkan membaca surat Al-Qur’an pada dua rakaat yang pertama. Dan pada sholat subuh, serta dua rakaat pertama pada sholat magrib dan isya’ disunahkan membacanya ddengan nayring. Basmalah merupakan bagian dari surat, tetapi cara membacanya harus pelan-pelan dan tidak boleh dengan keras.
Qunut hanya pada sholat witir bukan pada sholat-sholat lainnya. Sedangkan menyilangkan dua tangan disunatkan bagi lelaki dan wanita, hanya yang paling utama adalah meletakkan tangannya yang kanan pada belakang telapak tangannya yang kiri, dan meletakkan dibawah pusar. (Mughniyah: 2001).


BAB III
PENUTUP
A.  Simpulan
Pendiri Mazhab Hambali ialah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin ‘Auf bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa‘labah adz-Dzuhli asy-Syaibaniy. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada diri Nizar bin Ma‘d bin ‘Adnan. Yang berarti bertemu nasab pula dengan nabi Ibrahim.
Ketika beliau masih dalam kandungan, orang tua beliau pindah dari kota Marwa, tempat tinggal sang ayah, ke kota Baghdad. Di kota itu beliau dilahirkan, tepatnya pada bulan Rabi‘ul Awwal -menurut pendapat yang paling masyhur- tahun 164 H.
B.  Saran
Untuk lebih memahami masalah supervisi pendidikan dalam Total Quality Management (TQM) diharapkan kepada para pembaca disamping materi yang ada pada makalah ini juga mencari sumber atau informasi yang berkaitan guna memperluas pemahaman dan wawasan.




DAFTAR PUSTAKA

Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang.
Ismail, Ahmad satori, Pasang Surut Perkembangan Fiqh Islam, Jakarta : Pustaka Tarbiatuna, Cet. I, 2003
Mubarok, Jaih, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2003.
Nasution, Harun,  Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta : UI Press, 2002.
Rahmat, Jalaluddin, Tinjauan Kritis Atas Sejarah Fiqh,  Artikel yayasan Paramadina, www. Media.Isnet.org/islam/paramadina/konteks/sejarahfiqh01.html.
Sirry, Mun’im A., Sejarah Fiqh Islam, Surabaya : Risalah Gusti, Cet I, 1995.
Yanggo, Huzaemah Tahido, Pengantar Perbandingan Mazhab, Jakarta : Logos, Cet. III, 2003.




[1] Muhammad Jawad Mughniyah, “Fiqh Lima Mazhab”,… xxxi
[2] Muhammad Jawad Mughniyah, “Fiqh Lima Mazhab”,… xxxi

Makalah, Makalah Komponen Dan Strategi Bimbingan dan Konseling Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling

12:11:00 PM 0
Makalah Komponen Dan Strategi Bimbingan dan Konseling Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling




KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT.Atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Komponen dan Strategi Bimbingan dan Konseling. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan sekalian umatnya yang bertaqwa.
            Ucapan terima kasih pula kami tujukan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini, baik bantuan materil maupun nonmateril.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

Watampone,  Maret 2015

                                                                                                    Penyusun








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                                  
DAFTAR ISI                                                                                                 
BAB I PENDAHULUAN                                                                            
            A. Latar Belakang                                                                              
            B. Rumusan Masalah                                                                         
            C. Tujuan Penulisan                                                                           
            D. Manfaat Penulisan                                                                         
BAB II PEMBAHASAN                                                                              
A.    Komponen bimbingan dan konseling                                           
B.     Strategi bimbingan dan konseling                                                
BAB III PENUTUP                                                                                      
A.    Simpulan                                                                                      
B.     Saran                                                                                           
DAFTAR PUSTAKA           


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun berkelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku. Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling, Prinsip-prinsip bimbingan harus diterjemahkan kedalam program-program sebagai pedoman pelaksanaan di sekolah.
Di dalam membuat program tersebut, kerjasama konselor dengan personel lain di sekolah merupakan suatu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Kerjasama ini akan menjamin tersusunnya program bimbingan dan konseling yang komprehensif, memenuhi sasaran, serta realistik. Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah atau madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseling, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual). Program bimbingan dan konseling mengandung empat komponen pelayanan, yaitu pelayanan dasar bimbingan, pelayanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa saja komponen bimbingan dan konseling ?
2.      Bagaimana strategi bimbingan dan konseling?

C.      Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui komponen bimbingan dan konseling .
2.      Untuk mengetahui strategi bimbingan dan konseling.

D.      Manfaat Penulisan
Agar pembaca dapat mengetahui komponen dan strategi bimbingan dan konseling.
  


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Komponen Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling mengandung empat komponen pelayanan, yaitu:
1.    Pelayanan dasar
a.    Pengertian
Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas–tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompotensi kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya.
b.    Tujuan
Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu konseli agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya.
c.    Fokus pengembangan
Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang dikembangkan  menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.
2.    Pelayanan responsif
a.    Pengertian
Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan.
b.    Tujuan
Tujuan pelayanan responsif adalah membantu konseli agar mampu memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangan. Indikator dari kegagalan itu berupa ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri atau perilaku bermasalah.[1]
c.    Fokus pengembangan
Fokus peleyanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan konseli. Masalah atau kebutuhan konseli berkaitan dengan keinginana untuk memahami sesuatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya secara positif.
3.    Perencanaan individual
a.    Pengertian
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang kesempatan yang tersedia di lingkungannya.
b.    Tujuan
Perencanaan individual bertujuan untuk membantu konseli agar:
1)   Memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya,
2)   Mampu merumuskan tujuan, perencanaan atau pengelolaan terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir, dan
3)   Dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.

c.    Fokus pengembangan
Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi.
4.    Dukungan sistem
Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra struktur (misalnya teknologi informasi dan komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional  konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli.
Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, serta meningkatkan program bimbingan.[2]
Program ini memberikan dukungan kepada konselor dalam memperlancar penyelenggaraan pelayaan di atas.  Sedangkan bagi personil pendidik lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di sekolah/madrasah. Dukungan sistem ini meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a.    Pengembangan jejaring (networking)
Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor yang meliputi:
1)   Konsultasi dengan guru-guru,
2)   Melaksanakan program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat,
3)   Berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan di sekolah/madrasah,
4)   Bekerjasama dengan personel sekolah/madrasah lainnya dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif bagi perkembangan konseli,
5)   Melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling, dan
6)   Melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait dengan pelayana bimbingan dan konseling.
b.    Kegiatan manajemen
Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan yang meliputi:
1)   Pengembangan program,
2)   Pengembangan staf,
3)   Pemanfaatan sumber daya, dan
4)   Pengembangan penataan kebijakan.
c.    Riset dan pengembangan
Kegiatan riset dan pengembangan merupakan aktifitas konselor yang berhubungan dengan pengembangan professional secara berkelanjutan, meliputi:
1)   Merancang, melaksanakan dan memanfaatkan penelitian dalam bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling, sebagai sumber data bagi kepentingan kebijakan sekolah dan implementasi proses pembelajaran, serta pengembangan program bagi peningkatan unjuk kerja professional konselor,
2)   Merancang, melaksanakan dan mengevaluasi aktivitas pengembangan diri konselor professional sesuai dengan standar kompetensi konselor,
3)   Mengembangkan kesadaran komitmen terhadap etika professional,
4)   Berperan aktif di dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling.[3]

B.       Strategi bimbingan dan konseling
1.    Pelayanan dasar
a.    Bimbingan kelas
Program yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di kelas.

b.    Pelayanan orientasi
Pelayanan ini merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah, untuk mempermudah atau memperlancar berperannya mereka dilingkungan baru tersebut.
c.    Pelayanan infomasi
Pelayanan informasi yaitu pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi peserta didik melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung.
d.    Bimbingan kelompok
Konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada peserta didik melalui kelompok-kelompok kecil (5 s.d. 10 orang).
e.    Pelayanan pengumpulan data (aplikasi instrumentasi)
Pelayanan pengumpulan data merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang pribadi peserta didik, dan lingkungan peserta didik.
2.    Pelayana responsif
a.    Konseling individual dan kelompok
Konseling ini ditujukan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.
b.    Referal (rujukan atau alih tangan)
Apabila konselor  merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah konseli, maka sebaiknya dia mereferal atau mengalih tangankan konseli kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti psikolog, dokter, dan kepolisian.
c.    Kolaborasi dengan guru mata pelajaran atau wali kelas
Kolaborasi dengan guru mata pelajaran atau wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang peserta didik (seperti prestasi belajar, kehadiran dan pribadinya), membantu masalah peserta didik, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajran.
d.    Kolaborasi dengan orang tua
Konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua  peserta didik. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap peserta didik tidak hanya berlangsung di sekolah/madrasah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Bertujuan untuk saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antara konselor dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi peserta didik.
e.    Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah/madrasah
Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah/madrasah yaitu berkaitan dengan upaya sekolah/madrasah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan.
f.     Konsultasi
Konselor menerima pelayanan konsultasi bagi guru, orang tua, atau pihak pimpinan sekolah/madrasah yang terkait dengan upaya membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik, menciptakan lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, melakukan referal, dan meningkatkan program bimbingan dan konseling.
g.    Bimbingan teman sebaya (peer guidance/peer facilitation)
Bimbingam teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh peserta didik terhadap peserta didik yang lainnya.
h.    Konferensi kasus
Konferensi kasus yaitu kegiatan untuk membahas permasalahan peserta ddik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen terentaskannya permasalahan peserta didik itu.


i.      Kunjungan rumah
Kunjungan rumah yaitu kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang peserta didik tertentu yang sedang ditangani, dalam upaya mengentaskan masalahnya, melalui kunjungan kerumahnya.
3.    Perencanaan individual.
Konselor membantu peserta didik menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh, yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangan, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Melalui kegiatan penilaian diri ini, peserta didik akan memiliki pemahaman, penerimaan dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif. Pelayanan perencanaan individul ini dapat dilakukan melalui pelayanan penempatan (penjurusan dan penyaluran), untuk membentuk peserta didik menempati posisi sesuai dengan bakat dan minatnya.
4.    Dukungan sistem
a.    Pengembangan profesi
Konselor secara terus menerus berusaha untuk “meng-update”pengetahuan dan keterampilannya melalui:
1)        In-service training,
2)        Aktif dalam organisasi profesi,
3)        Aktif dalam kegiatatn-kegiatan ilmiah, seperti seminar dan workshop (lokakarya), atau
4)        Melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi (pascasarjana)
b.    Manajemen program
Program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan tercipta, terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem manajemen yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis dan terarah. Oleh karena itu, bimbingan dan konseling harus ditempatkan sebagai bagian terpadu dari seluruh program sekolah/madrasah dengan dukungan yang wajar dalam aspek ketersediaan sumber daya manusia (konselor), maupun sarana dan pembiayaan.
c.    Riset dan pengembangan
Strategi: melakukan penelitian, mengikuti kegiatan profesi dan mengikuti aktifitas peningkatan profesi serta kegiatan pada organisasi profesi.[4]  


BAB III
PENUTUP
A.      Simpulan
1.      Komponen Bimbingan dan Konseling mengandung empat komponen pelayanan, yaitu: Pelayanan dasar, Pelayanan responsif, Perencanaan individual, Dukungan sistem
2.      Strategi bimbingan dan konseling yaitu: Pelayanan dasar (Bimbingan kelas,  Pelayanan orientasi, Pelayanan infomasi, Bimbingan kelompok, Pelayanan pengumpulan data); Pelayana responsif (Konseling individual dan kelompok, Referal (rujukan atau alih tangan), Kolaborasi dengan guru mata pelajaran atau wali kelas, Kolaborasi dengan orang tua, Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah/madrasah, Konsultasi, Bimbingan teman sebaya (peer guidance/peer facilitation), Konferensi kasus, Kunjungan rumah); Perencanaan individual; Dukungan sistem (Pengembangan profesi, Manajemen program, Riset dan pengembangan).

B.       Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang komponen dan strategi bimbingan dan konseling  serta menjadi sumber refrensi bagi pembacanya.


DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas, 2007.
Juntika Nurihsan, Achmad. Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Cet. IV; Bandung: PT Refika Aditama, 2011.
Yusuf, Syamsu & A. Juntika Nurihsan. Landasan Bimbingan dan Konseling. Cet. IV; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.














[1]Syamsu Yusuf, L.N. dan A. Juntika Nurihsan. Landasan Bimbingan dan Konseling, (Cet. IV; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 28.
[2] Achmad Juntika Nurihsan. Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan , (Cet. IV; Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h.47
[3] ABKIN. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, (Jakarta: Depdiknas, 2007), h. 214
[4]Ibid. h. 230