Cara Mengatur Search Engines Default Google di Google Chrome

3:31:00 PM 0
Cara Mengatur Search Engines Default Google di Google Chrome 

Arti sebenarnya dari pengertian judul diatas bahwa bagaimana kita mengatur mesin pencari google akan tetap selalu tampil pada saat membuka tab baru, kenapa artikel ini saya buat karna ada beberapa pengalaman yang saya temukan atau Anda juga pernah menemuka seseorang yang mengalami hal yang sama yaitu saat internetan baik mencari artikel atau semacamanya dia merasa jengkel karna yang sebenarnya dia harapkan muncul pada saat itu adalah Google akan tetapi yang mencul search Engine yang lain, kebayangkan yang terjadi seperti itu.
Untuk itulah pada kali ini saya akan menyampaikan sedikit tentang setting default Google sebagai Search Engine utama di Google Chrome.
Langkah pertama yang pastingya buka dulu Aplikasi Google Chrome kalau Anda belum punya download aja disini 

Cara Mengatur Search Engines Default Google di Google Chrome


ini adalah tampilan utama dari Google Chrome.
Langkah Kedua, selanjutnya kita klik Customize and Control Google Chrome yang bertanda lingkaran hitam (lihat pada gambar dibawah ini)

Cara Mengatur Search Engines Default Google di Google Chrome

Langkah Ketiga, selanjutnya akan muncul menu Customize seperti gambar dibawah ini, pilih setting atau yang dilingkari.

Cara Mengatur Search Engines Default Google di Google Chrome

Langkah Keempat. pada tampilan menu setting akan muncul beberapa fungsi didalamnya, pada menu search kita pilih tombol drop downnya dan pilih google untuk default utama dari Search Engine Anda.

Cara Mengatur Search Engines Default Google di Google Chrome

Langkah Kelima, keluar dari tap setting dan buka tap baru, maka tuliskan artikel yang Anda cari maka secara otomatis akan mengarah ke Google.

Itulah langkah demi langkah mengatur default Search Engine Google di Googgle Chrome, sekirannya dapat memberikan ilmu baru untuk Anda. Tq
Artikel. Laporan Hasil Pembuatan Makalah Supervisi Pendidikan Dengan Judul Instrumen Pengawasan

Artikel. Laporan Hasil Pembuatan Makalah Supervisi Pendidikan Dengan Judul Instrumen Pengawasan

5:57:00 AM 0
Laporan Hasil Pembuatan Makalah Supervisi Pendidikan Dengan Judul Instrumen Pengawasan

OLEH:
 KELOMPOK VI

1.      YUSNIDAR LISBUN          02123060
2.      WAHYU IRWADI               02123070

Hari Senintanggal 28 Desember Yusnidar Lisbun melakukan survey buku mengenai instrumen pengawasan, kemudian pada hari Rabu tanggal 30 Desember 2015 dilakukan lagi survey buku oleh seluruh anggota kelompok. Peminjaman buku pertama oleh Yusnidar Lisbundengan judul buku  Penilaian Program Pendidikan oleh S. Arikunto.  Kemudian pada hari kamis tanggal 31 Desember 2015 seluruh anggota ke perpustakaan yang berada dilantai 1untuk melihat buku yang judulnya Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh H. Alwi dan buku kedua Kamus Populer Inggris-Indonesia oleh K. Harjono. Dan pada hari Senin tanggal 4 Januari Yusnidar Lisbun dan Wahyu Irwadi meinjam buku diperpustakaan dengan judul Instrumen Untuk Mengungkap Kecenderungan Profil intelegensi Jamak Siswa Sekolah Menengah Tesis Pada PPS UPI Oleh K. Komala dan Membangun Sekolah Efektif oleh Suparian. Setelah semua buku terkumpul, kegiatan selanjutnya yaitu pengetikan yang dilakukan oleh Yusnidar lisbun dan kegiatan terakhir yaitu pencetakan yang dilakukan oleh Yusnidar lisbun.

Makalah, Makalah Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Murtadha Muthahhari Mata Kuliah Kapita Selekta

11:15:00 PM 1
Makalah, Makalah Pemikiran Pendidikan Islam Menurut  Murtadha Muthahhari Mata Kuliah Kapita Selekta

Makalah, Makalah Pemikiran Pendidikan Islam Menurut  Murtadha Muthahhari Mata Kuliah Kapita Selekta

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT.Atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Murtadha Muthahhari. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan sekalian umatnya yang bertaqwa.
            Ucapan terima kasih pula kami tujukan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini, baik bantuan materil maupun nonmateril.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna penyempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

Watampone,   Juni 2015

                                                                                                Penyusun



DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR                                                                                     
DAFTAR ISI                                                                                                     
BAB I PENDAHULUAN                            
A. Latar Belakang                                                                                  
B. Rumusan Masalah                                                                             
C. Tujuan Penulisan                                                                              
BAB II PEMBAHASAN
A.    Biografi Singkat Murtadha Muthahhari                                           
B.     Pemikiran Pendidikan Islam menurut Murtadha Muthahhari           
BAB III PENUTUP                                                                                                  
A.    Simpulan                                                                                          
B.     Saran                                                                                                
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.[1]Islam adalah agama yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia termasuk mengenai pendidikan.
Muhammad Athiyah Al-Abrasy sebagaimana dikutip oleh Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam memberikan pengertian bahwa “Pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, teratur pikirannya, halus perasaannya, cakap dalam pekerjaannya dan manis tutur katanya”.[2]
“Pendidikan Islam dinilai mampu dijadikan dasar pijakan penyelamat dari berbagai kerusakan. Pendidikan Islam sesungguhnya adalah pendidikan untuk pertumbuhan total seorang anak didik.” [3] Kegiatan menanamkan nilai religius yang sesungguhnya akan menjadi nilai inti dari pendidikan keagamaan.
Banyak tokoh-tokoh dunia yang berpandangan tentang pendidikan islam yang seharusnya menjadi pilar utama dalam pembentukan pondasi  kehidupan. Salah satu diantaranya adalah Murtadha Muthahhari.
Murthada Muthahhari adalah seorang tokoh intelektual Iran yang terkenal sangat produktif dalam menelurkan pemikiran-pemikiran baru mengenai ajaran Islam lewat karya-karyanya. Beliau adalah kampiun bagi kebangkitan tradisi intelektual dan rasional di dunia Muslim. Namun, di sisi lain, kita belum  mendapatkan sebuah karya khusus dari beliau mengenai pendidikan.
Adapun sebabnya peniliti memilih tokoh diatas, karena Murthada Muthahhari ialah sebagai salah satu sosok ulama yang menaruh perhatian terhadap fenomena manusia dan masyarakat dalam perspektif Islam. Atas dasar itu mendorong peneliti mengangkat judul : Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Murthada Muthahhari.



B.     Rumusan Masalah
Setelah memperhatikan latar belakang diatas, maka penulis dapat menentukan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana biografi singkat Murtadha Muthahhari ?
2.      Bagaimana pemikiran Pendidikan Islam menurut Murtadha Muthahhari ?
C.    Tujuan Penulisan
Setelah memperhatikan rumusan masalah diatas, maka penulis dapat menentukan tujuan penulisan sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui biografi singkat dari Murtadha Muthahhari.
2.      Untuk mengetahui pemikiran pendidikan islam menurut Murtadha Muthahhari.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi Singkat Murtadha Muthahhari
Murtadha Muthahhari lahir pada tanggal 2 Februari 1920 di Fariman, sebuah dusun yang terletak 60 km dari Masyhad, pusat belajar dan ziarah kaum Syi’ah yang besar di Iran timur. Ayahnya adalah Muhammad Husain Muthahhari, seorang ulama terkemuka dan dihormati.[4]Aktivitas belajar atau pendidikan Muthahhari dimulai di Madrasah Fariman sebuah madrasah yang termasuk kuno, yang mengajarkan kefasihan membaca dan menulis surah-surah pendek dari al-Quran dan pendahuluan-pendahuluan mengenai sastra Arab. Barulah pada usia 12 tahun Muthahhari mulai belajar agama secara formal di lembaga pengajaran di Masyhad. Muthahhari mulai menemukan kecintaan besarnya pada filsafat, teologi, dan tasawuf (‘irfān) di lembaga pengajaran Masyhad ini. Kecintaan tersebut berada pada dirinya sepanjang hidupnya dan membentuk pandangan menyeluruhnya tentang agama.
Bulan Ramadhan 1356 H., Muthahhari hijrah ke Qum dan belajar di bawah bimbingan Ayatullah Boroujerdi dan Khomeini.[5]Muthahhari mengikuti kuliah-kuliah Ayatullah Boroujerdi (sebagai direktur lembaga pengajaran di Qum) mengenai filsafat dan ‘irfān. Muthahhari mengenal lebih jauh pribadi Imam Khomeini di lembaga ini, sebagaimana yang dipaparkannya :
“Ketika di Qum, aku menemukan pribadi yang kudambakan. Kusadari bahwa dahaga jiwaku akan terpuasi oleh mata air murni pribadi itu. Meskipun aku belum menyelesaikan tahap-tahap awal belajarku, dan belum memadai untuk mempelajari ilmu-ilmu rasional (ma‘qūlāt), kuliah-kuliah etika yang diberikan oleh pribadi tercinta itu pada setiap Kamis dan Jumat yang tidak terbatas pada etika dalam arti akademis yang kering, namun juga menyangkut ‘irfān dan perjalanan spiritual. Kuliah-kuliah itu menimbulkan ekstase pada diriku, yang pengaruh-pengaruhnya kurasakan sampai Senin atau Selasa berikutnya. Sebagian kepribadian intelektual dan spriritualku terbentuk oleh pengaruh kuliah-kuliah itu dan kuliahkuliah lain yang kuikuti selama 12 tahun dari guru spiritual (ustad-i ilahi) itu.[6]
Guru lainnya yang berpengaruh pada Muthahhari di Qum adalah mufassir besar al-Quran dan filosof, Ayatullah Sayyid Muhammad Husein Thabathaba’i. Sebagian dari materi kuliah Thabathaba’i yang diikuti oleh Muthahhari adalah filsafat materialisme dan al-Syifā`-nya Ibn Sina. Berkat kecerdasannya yang luar biasa, tradisi keilmuan Barat dan Timur dikuasai oleh Muthahhari.[7]
Muthahhari meninggalkan Qum tahun 1952 menuju Teheran, menikah dengan putri Ayatullah Ruhani, dan mulai mengajar filsafat di Madrasa-yi Marvi, salah satu lembaga utama pengetahuan keagamaan di ibu kota. Reputasinya di bidang pendidikan adalah sebagai pengajar yang masyhur dan efektif di Universitas Teheran, Muthahhari juga banyak berperan dalam organisasi keislaman. Muthahhari menjadi pemimpin sekelompok ulama Teheran pada tahun 1960 yang dikenal dengan Masyarakat Keagamaan Bulanan (Anjuman-i Mahana-yi Dini).[8]
Muthahhari banyak bergulat dengan kegiatan keagamaan, pendidikan dan puncaknya pada aktivitas politik yang lebih luas dan memuaskan pada dirinya. Mengajar bidang studi filsafat di Fakultas Teologi dan Ilmu-ilmu Keislaman, Universitas Teheran tahun 1954 selama 22 tahun sampai akhirnya dipercaya menjadi Ketua Jurusan di Universitas Teheran.
Muthahhari ditahan bersama Ayatullah Khomeini pada tahun 1963 Muthahhari mengambil alih imāmah dan menggerakkan para ulama mujāhidīn, sekaligus menjadi imam masjid al-Jawād, menggantikan peran Imam Khumaeni yang dibuang di Turki. Fungsi masjid diubah dan memperluas menjadi pusat pergerakan politik Islam.
Akibat dari aktivitas pergerakan politik Islam yang dilakukan Muthahhari, pada tahun 1972, masjid al-Jawād dan Husainiya-yi Irsyad dilarang untuk mengadakan kegiatan oleh rezim Syah, dan Muthahhari pun ditangkap dan dimasukkan ke penjara, tetapi pada akhirnya dibebaskan. Pengalaman-pengalaman pahit itu tidaklah mengubah sikap dan langkah-langkahnya, bahkan membuat terus bersemangat untuk melanjutkan aktivitas politiknya.
Tepat pada tanggal 12 Januari 1979, Muthahhari ditunjuk sebagai Ketua Dewan Revolusi Islam, sampai mencapai puncak kemenangannya pada tanggal 11 Februari 1979. Sesudah beberapa bulan kemenangan Revolusi Islam, tepatnya pada tanggal 1 Mei 1979, Muthahhari dibunuh dengan cara ditembak oleh sekelompok teroris Furqān-sebuah kelompok kecil radikal, yang jumlah anggotanya tak lebih dari lima puluh orang, yang menolak otoritas religius ulama-saat baru saja meninggalkan rapat.
Salah satu alasan yang membuatnya terus bersemangat adalah obsesinya untuk mewujudkan kebebasan bagi negerinya sendiri (Iran) dari belenggu penjajahan peradaban asing. Bagi Muthahhari, penjajahan peradaban, tidak diragukan lagi adalah penjajahan paling berbahaya dibanding penjajahan dalam bentuk lainnya. Soalnya, bagaimana mungkin negara Barat bisa menjajah suatu negeri dalam bentuk penjajahan ekonomi dan politik sebelum menjajahnya dalam bentuk penjajahan peradaban ? Semangat Muthahhari merupakan cerminan dari semangat semboyan-semboyan revolusi Kemerdekaan, Kebebasan, dan Republik Islam.[9]



B.     Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Murtadha Muthahhari
1.      Pendidikan Islam Menurut Murtadha Muthahhari
Menurut Murtadha Pendidikan Islam ialah proses pembentukan kepribadian seseorang yang “Insan Kamil”. Istilah Insān Kāmil muncul pada mulanya dikalangan para sufi dan kemudian beredar secara luas pada segenap lapisan masyarakat Islam. Insān Kāmil dipahami pada umumnya sebagai sebutan untuk manusia tertentu, yakni untuk mereka yang memiliki keutamaan jiwa yang sempurna.
Adapun usaha-usaha untuk mencapai derajat Insān Kāmil, maka menurut Murtadha Muthahhari tidak bisa datang dengan sendirinya meskipun potensi untuk kearah itu sudah ada. Dalam konteks ini Muthahhari member resep agar manusia tersebut harus lebih dahulu mengenal, memahami dan mempelajari pribadi-pribadi yang mempunyai kualifikasi sebagai Insān Kāmil.
Dengan demikian usaha untuk mewujudkan menjadi Insān Kāmil itu ada dua cara :
1.      Mempelajari dan memahami ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits yang berbicara tentang masalah Insān Kāmil, yaitu tentang bagaimana penyelenggaraan Pendidikan Islam. Sehingga proses pendidikan islam yang dilakukan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an Hadits.
2.      Mengenal langsung individu-individu yang meyakinkan bahwa mereka adalah orang-orang yang terbina sedemikian rupa sebagaimana yang diinginkan oleh Al-Qur'an dan Hadits. Misalnya Nabi Muhammad SAW. Kita sepakat bahwa Nabi Muhammmad SAW memiliki sejumlah keutamaan, keistemewaan dan kelebihan. Tidak ada manusia yang memiliki karakter seperti Nabi Muhammmad SAW, beliaulah potret  utuh Insān Kāmil Islam yang terdapat keteladanan didalam diri beliau.
Menurut Murtadha Muthahhari, ciri manusia yang memiliki predikat Insān Kāmil yaitu manusia tersebut mampu menyeimbangkan dan menstabilkan serangkaian potensi insaniah. Kāmil atau kesempurnaan manusia terletak pada kestabilan dan keseimbangan nilai-nilainya. Manusia dengan segala kemampuan yang ada pada dirinya dapat dianggap sempurna, ketika tidak hanya cenderung pada satu nilai dari sekian banyak nilai yang ia miliki. Ia dapat dianggap sempurna ketika mampu menyeimbangkan dan menstabilkan serangkaian potensi insaniahnya.
Dalam hubungannya dengan Insān Kāmil Muthahhari mengungkapkan ciri manusia yang memiliki predikat Insān Kāmil yaitu manusia tersebut mampu menyeimbangkan dan menstabilkan serangkaian potensi insaniahnya. Disini terlihat Muthahhari memegang prinsip keseimbangan dalam membentuk unsur spiritual, dan material. Muthahhari tampaknya ingin menyatupadukan antara potensi akal atau pikir dengan rasa dan segenap potensi lainnya.
Dalam konteks ini, peneliti/penyusun sependapat dengan cara berpikir Muthahhari, karena jika hanya mementingkan akal atau intelek maka akal tersebut hanya akan membawa kerusakan dimuka bumi dan pada akhirnya Islam akan dianggap agama kekerasan. Sebaliknya bila hanya mementingkan rasa atau rohani, maka Islam akan mengalami kemunduran. Karena itu konsep Muthahhari yang memadukan seluruh potensi diri merupakan konsep Pendidikan Islam yang mana terfokus pada pembentukan Insān Kāmil.
2.      Tujuan Pendidikan Menurut Murtadha Muthahhari
Salah satu tujuan pendidikan Islam menurut Murtadha Muthahhari adalah membangun kepribadian manusia dengan cara pengembangan potensi akal dan berfikir.[10]Menurutnya pendidikan Islam hendaknya diarahkan untuk pengembangan kelompok dan individu. Karena menurutnya didalam Islam kesejatian individu dan masyarakat harus dijaga dan dihormati. Dan salah satu cara untuk mengembangkannya adalah lewat pendidikan.[11]
Pandangan Muthahhari tentang tujuan pendidikan Islam mencerminkan pemahamannya yang utuh tentang konsep pendidikan Islam yang tidak hanya bertujuan membangun karakter individual namun juga berorientasi pada pembangunan masyarakat Islam. Antara individu dan masyarakat adalah dua perkara yang sangat diperhatikan di dalam Islam sebagaimana terekam dalam hadits Rasulullah SAW :
مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ، وَالْوَاقِعِ فِيهَا، كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا، وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا، فَكَانَ الَّذِينَ فِى أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ، فَقَالُوا: لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِى نَصِيبِنَا خَرْقًا، وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا، فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ، وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا
Artinya : “Perumpamaan orang-orang yang menegakkan hukum Allah dan yang melanggarnya adalah seperti kaum yang sedang menumpang kapal. Sebagian dari mereka berada dibagian atas dan yang lain berada dibagian bawah. Jika orang-orang yang berada dibawah membutuhkan air, mereka harus melewati orang-orang yang berada diatasnya. Lalu mereka berkata ; andai saja kami lubangi kapal pada bagian kami tentu kami tidak akan menyakiti orang-orang yang berada diatas kami. Tetapi jika yang demikin itu dibiarkan oleh orang-orang yang berada di atas maka akan binasa semuanya. Dan jika mereka menghendaki dari tangan mereka keselamatan, maka akan selamat semuanya.” [12]
Hadits ini menegaskan tentang model kehidupan dalam masyarakat Islam yang saling menjaga satu sama lainnya, sehingga tujuan pendidikan Islam harus mampu membentuk karakter individu yang berkepribadian Islam sekaligus karakter yang memiliki perhatian dan kepedulian dalam pembentukan masyarakat Islam sebagaimana gagasan Murtadha Muthahhari.



3.      Kurikulum Pembelajaran Menurut Murtadha Muthahhari
Sesuai dengan pengertian kurikulum yaitu suatu kegiatan yang terencana dan sistemik dalam rangka memperoleh hasil pembelajaran dan pada jenjang pendidikan tertentu, maka tujuan pengembangan kurikulum pendidikan menurut Murtadha Muthahhari adalah usaha untuk mengembangkan potensi berfikir kreatif. Menurutnya berfikir kreatif harus menjadi tujuan utama dalam setiap pembelajaran. Dan maksud dari berfikir kreatif adalah kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu yang dimiliki dalam langkah-langkah praktis. Karena substansi dari pembelajaran adalah perubahan tingkah laku bukan hanya sekedar formalitas belaka.
Tujuan pembelajaran untuk berfikir kreatif oleh Muthahhari juga dimaksudkan agar peserta didik mampu berfikir kritis yaitu kemampuan untuk menjadi problem solver terhadap berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Dengan demikian tujuan pembelajaran sebagai bagian dari komponen kurikulum menurut Muthahhari adalah setiap kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk pola fikir peserta didik dengan pengembangan nalar kritis dan kreatif.   Tujuan pembelajaran dengan pengembangan nalar kritis dan kreatif oleh Muthahhari agar pembelajaran tidak hanya merupakan indoktrinasi formalistik belaka yang akan menciptakan pragmatisme di dalam pendidikan. Namun mampu membentuk karakter peserta didik yang siap berjuang melakukan perubahan dengan penuh pengorbanan sesuai dengan hasil dari kesadaran kritis mereka.
4.      Metode Pembelajaran Menurut Murtadha Muthahhari
Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, Muthahhari menawarkan beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan oleh seorang guru antara lain:
a.       Metode Trial and Error yaitu melatih peserta didik selalu memecahkan problem-problem kehidupan yang dihadapi. Melatih ini dimaksudkan agar peserta didik terbiasa untuk selalu mencari solusi yang tepat dalam memecahkan masalah kehidupan mereka.
b.      Metode eksperimen adalah metode pembelajaran dengan mengedepankan pengalaman hidup sebagai basis pengetahuan.
c.       Metode menakut-nakuti (punishment-reward) yaitu metode pembelajaran preventif terhadap pelanggaran peserta didik serta pemberian penghargaan bagi yang berprestasi. Hal lain yang penting yang harus diperhatikan, dalam metode ini adalah mensosialisasikan tentang tujuan dari hukuman tersebut (Punishment/al-Taubikh) dan tujuan pemberian hadiah (Reward/al-Tsawab). Sosialisasi atau memberikan pengertian tentang pemberlakuan dua hal tersebut diharapkan agar siswa tidak terganggu mentalnya serta agar peserta didik berlomba-lomba untuk memperoleh prestasi.
d.      Metode dialog adalah metode yang menerapkan strategi dialogis antara guru dengan peserta didik agar dapat menumbuhkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif dalam memecahkan berbagai persoalan.[13]


BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Setelah memperhatikan pembahasan diatas, maka penulis dapat menentukan simpulan sebagai berikut :
1.      Murtadha Muthahhari lahir pada tanggal 2 Februari 1920 di Fariman, sebuah dusun yang terletak 60 km dari Masyhad, pusat belajar dan ziarah kaum Syi’ah yang besar di Iran timur. Ayahnya adalah Muhammad Husain Muthahhari, seorang ulama terkemuka dan dihormati.
2.      Menurut Murtadha Pendidikan Islam ialah proses pembentukan kepribadian seseorang yang “Insan Kamil”. Istilah Insān Kāmil muncul pada mulanya dikalangan para sufi dan kemudian beredar secara luas pada segenap lapisan masyarakat Islam. Insān Kāmil dipahami pada umumnya sebagai sebutan untuk manusia tertentu, yakni untuk mereka yang memiliki keutamaan jiwa yang sempurna.
3.      Tujuan pendidikan Islam menurut Murtadha Muthahhari adalah membangun kepribadian manusia dengan cara pengembangan potensi akal dan berfikir.
4.      Kurikulum menurut Muthahhari adalah setiap kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk pola fikir peserta didik dengan pengembangan nalar kritis dan kreatif.  
5.      Metode yang dapat dilaksanakan menurut Murtadha diantaranya, Metode Trial and Error, Eksperimen, Menakut-nakuti dan metode Dialog.
B.     Saran
Setelah menyelesaikan makalah kami ini, penulis menyarankan kepada seluruh pembaca agar memahami bagaimana Pemikian Pendidikan Islam menurut Murtadha Mutahhari sebagai tambahan ilmu pengetahuan. Namun penulis juga menyarankan agar pembaca tidak hanya berpedoman kepada makalah kami ini. Masih banyak sumber buku lainnya yang lebih baik daripada karya kami ini.



DAFTAR PUSTAKA
Al-Bukhari, Kitab Shahih al-Bukhari, ( Maktabah Syamilah), hadits no : 2313
Al-Naquib Al-Atas, Syed Muhammad. Konsep Pendidikan dalam Islam, Terj. Haidar Baqir. Bandung: Mizan, 1992.
Bagir, Haidar. Murtadha Muthahhari Sang Mujahid Sang Mujtahid, Cet. 2; Bandung: Yayasan Muthahhari, 1993.
Madjid, Nurcholish.  Masyarakat Madani. Jakarta: Paramadina, 2000.
Muhajir, Filsafat Pendidikan Islam Syi’ah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2013.
Muthahhari, Murtadha. Tarbiyah al-Islamiyah Terj: Muhammad Bahruddin. Depok: Iqra’ Kurnia Gemilang, 2005.
Rakhmat, Jalaluddin.  “Kata Pengantar” dalam Murtadha Muthahhari, Perspektif al- Quran tentang Manusia dan Agama. Bandung: Mizan, 1992.
Rokhayati, Konsep Pendidikan Islam Menurut Prof. Dr. Athiyah Al-Abrasyi dan Prof. Dr. Hasan Langgulung (Studi Komparasi). Skripsi Temanggung STAINU, 2004.
Syafi`i, Memahami Teologi Syi`ah Murtadha Muthahhari. Semarang : RaSail., 2004.



[1] Syed Muhammad Al-Naquib Al-Atas, Konsep Pendidikan dalam Islam, Terj. Haidar Baqir, (Bandung: Mizan, 1992), h. 66
[2] Rokhayati, Konsep Pendidikan Islam Menurut Prof. Dr. Athiyah Al-Abrasyi dan Prof. Dr. Hasan Langgulung (Studi Komparasi), Skripsi, (Temanggung, STAINU, 2004), h. 5
[3] Nurcholish Madjid,  Masyarakat Madani, (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 93
[4] Haidar Bagir, Murtadha Muthahhari Sang Mujahid Sang Mujtahid, Cet. 2; (Bandung: Yayasan Muthahhari, 1993), h. 25
[5] Jalaluddin Rakhmat, “Kata Pengantar” dalam Murtadha Muthahhari, Perspektif al- Quran tentang Manusia dan Agama, (Bandung: Mizan, 1992), h. 8
[6] Haidar Bagir, Murtadha Muthahhari Sang Mujahid Sang Mujtahid, Op. Cit, h. 29-30
[7] Ibid, h. 32
[8] Ibid, hlm. 35-37.
[9] Syafi`i, Memahami Teologi Syi`ah Murtadha Muthahhari, (Semarang : RaSail, 2004),  h. 61
[10] Murtadha Muthahhari, Tarbiyah al-Islamiyah Terj: Muhammad Bahruddin (Depok: Iqra’ Kurnia Gemilang, 2005), h. 53
[11] Muhajir, Filsafat Pendidikan Islam Syi’ah, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2013), h. 56
[12] Al-Bukhari, Kitab Shahih al-Bukhari, ( Maktabah Syamilah), Hadits no : 2313
[13] Muhajir, Filsafat Pendidikan Islam Syi’ah, Op. Cit, h. 81-82