Makalah, Makalah Peran Kepala Suku Dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Kel. Bajoe Kec. Tanete Riattang Timur Kab. Bone Mata Kuliah Kapita Selekta

10:30:00 PM
PERAN KEPALA SUKU DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KEL. BAJOE KEC. TANETE RIATTANG TIMUR KAB. BONE

Makalah, Makalah Peran Kepala Suku Dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Kel. Bajoe Kec. Tanete Riattang Timur Kab. Bone Mata Kuliah Kapita Selekta

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami sampaikan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat dan salam tak lupa kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus untuk menjadi rahmat sekalian alam. Seiring dengan itu, tidak lupa kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam makalah ini menjelaskan secara ringkas mengenai Peranan kepala suku dalam pelaksanaan pendidikan islam di bajoe. Namun dalam hal ini bahwa kami menyadari memiliki banyak kekurangan dari makalah ini karena “Tak ada gading yang tak retak”. Setiap kesalahan tidak akan luput dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, saran dan masukan dari berbagai pihak  kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat berguna bagi pembaca.



                                                                                    Watampone, 13 Juni 2015 
                                                                                                Penyusun

                                                                                                   Hasdi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
A.  Latar belakang
B.  Rumusan masalah
BAB II Pembahasan
A.    Pengertian dari Kepala Suku Bajo
B.     Kepemimpinan kepala suku dalam pelaksanaan pendidikan agama islam
C.     Peranan pendidikan islam di bajoe
BAB III Penutup
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pembahasan tentang kepemimpinan dari tahun ke tahun selalu menarik untuk dikedepankan.Berbagai persepsi sering kali dilontarkan,misalnya pemimpin      merupakan kelas pertama dalam tatanan kehidupan sosial,demikian pula jika diperbincangkan tanggungjawabnya sebagai Pemimpin Negara.
Pemimpin di dalam suatu wilayah,mempunyai peranan penting dalam berbagai kehidupan baik dari kehidupan keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negara.Maka dari konsep kepemimpinan sangat kompleks dan mengalami perkembangan,jadi jika seseorang yang ingin menjadi pemimpin di suatu wilayah hendaknya harus mengetahui atau biasa melaksanakan fungsi-fungsi simbolik,inspirasional,edukasional,dan normative pemimpin.[1]
Maka dari itu, pemimpin haruslah mengetahui peran yang dimilikinya di dalam suatu wilayah supaya wilayah  yang di pimpinnya akan bejalan dengan lancar dan masyarakat bisa menerima arahan-arahan atau perintah yang di berikan kepada pemimpin di suatu wilayah tersebut.Jadi,seorang pemimpin yang baik haruslah mempunyai ilmu-ilmu tertentu.Terutama ilmu agama karna ilmu agama dapat mengontrol semua kegiatan-kegiatan yang akan di laksanakan dalam memimpin suatu wilayah.
Disisi lain Sergiovanni (1984b)megidentifikasikan`kekuatan` kepemimpinan,yang di pandang secara hirarkis.’kekuatan’ teknis mendukung kekuatan lain,namun ia merupakan bagian teratas piramida,dan kebanyakan kekuatan yang menonjol adalah aspek-aspek normative dari kepemimpinan yang concern terdapat nilai-nilai dan cultural.[2]
Misalnya peran pemimpin yang terdapat di wilayah Sulawesi selatan di situ terdapat suatu kelompok masyarakat yang mempunyai pemimpin yang sangat berperan dalam membangun masyarakat yang bermutu,baik dari aspek perekonomian ataupun pendidikan,terutama pendidikan agama islam sangatlah berperang di dalam suatu kelompok atau organisasi.
Maka dari itu, suatu wilayah di Bone Sulawesi Selatan terdapat suku di pesisir pantai yang bernama Suku Bajo,manyoritas Suku Bajo beragama islam dan kebiasaan mereka di laut,  jadi tidak ada kesempatan bagi masyarakat Suku Bajo untuk melaksanakan pendidikan islam seperti: sholat, membaca Al-Qur’an,dan ibadah-ibadah lainya. Karena penduduk Suku Bajo mengaggap bahwa kalau mereka tidak berlayar, maka mereka tidak mendapatkan penambahan uang untuk membeli kebutuhannya sehari-hari.
Dan di situlah terdapat ketua (pemimpin) masyarakat yang memimpin di daerah tersebut yang mereka sering mengatakan  Kepala Suku.Sehingga peneliti ingin mencoba melakukan penelitian yang bejudul “Peranan Kepala Suku Dalam Pelaksanaan Pendidikan islam di Kel.Bajoe Kec.Tanete Riattang Timur Kab.Bone”.Tujua utama peneliti untuk mengetahui apakah Kepalah Suku Bajo berperang Dalam pelaksanaan pendidikan islam di bajoe karana Suku Bajo saat ini tidak sama dengan Suku Bajo dulu,saat ini Suku bajo di Bajoe semakin hari ilmu atau paham agamnya semakin menigkat,sehingga penelit
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1.      Apa pengertian dari Kepala Suku Bajo?
2.      Bagaimana metode kepala suku dalam pelaksanaan pendidikan agama islam di bajoe?
3.      Bagaimana peranan pendidikan islam di suku bajo?








BAB II
PEMBAHASAN
A.       Pengertian Kepala Suku Bajo
Syekh, juga dapat ditulis Shaikh, Sheik, Shaykh atau Sheikh (Bahasa Arab: شيخ), adalah kata dari Bahasa Arab yang berarti kepala suku, pemimpin, tetua, atau ahli agama Islam.[3]
Suku Bajoe lahir dan hidup di laut. Mereka memiliki ketangguhan untuk mengarungi lautan sebagai dari sejarah dan jati dirinya. Meski saat ini banyak yang tinggal di darat tetapi ketergantungan suku ini terhadap laut belumlah hilang. Anak-anak mereka berteman dan bermain dengan laut, mereka hidup dan dihidupi  dengan lingkungan laut. Meresap dan melekat dalam keseharian mereka tentang adat-tradisi serta kearifan lokal untuk mengelola ekosistem laut di bagian manapun di Nusantara.[4]
Suku Bajoe adalah satu dari sekian banyak suku di Nusantara dengan kearifan lokal yang mengagumkan untuk hidup berdampingan dengan laut. Saatnya kali ini Anda benar-benar berinteraksi dengan mereka dan mendengar kisah tentang kesahajaan hidup dan cara bertahan hidup di tengah lautan.
Meski kini sudah banyak diantara mereka hidup menetap di rumah-rumah sederhana tetapi tetap tidak terpisahkan dari laut. Kemungkinan besar karena alasan inilah mereka membangun rumah di tepian pantai atau di atas permukaan laut yang dangkal.[5]
Dengan demikian warga suku bajo memiliki suatu pemimpin yang suda ada sejak dahulu pemimpin suku baja mereka sering menyebutnya kepala suku,maka dari itu kepala suku bajo saat ini yang bernama DERI sering di panggil PUANGDERI yang mengarahkan seluruh kegiataan yang akan di lakukan di suku bajo tersebut.
Didukun oleh pernyataan salah seorang tokoh di bajoe yang menyatakan bahwa jika mereka ingin melakukan kegiatan-kegiatan berupa taradisi puja-pujaan kami tidak bisa melaksanakannya tampa adanya kepala suku yang bernama PADDERI karana dialah seorang yang mengetahui matra-matra(doa-doa) yang akan dikirimkan kepada nenek moyang kami.[6]
Mata pencaharian utama suku Bajoe adalah mencari ikan dengan cara yang masih terbilang tradisional, seperti memancing, memanah, dan menjaring ikan. Ikan-ikan tersebut nantinya dijual kepada penduduk sekitar pesisir atau pulau terdekat. Kehidupan Suku Bajoe memang masih terbilang sangat sederhana, Menurut Kepala Suku Bajodengan membangun rumah dan pemukiman di sekitar pulau, akses terhadap kebutuhan pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak suku ini diharapkan lebih terjamin.
Meskipun begitu, kepala keluarga biasanya tetap menghabiskan sebagian besar waktunya di laut lepas, mengingat laut adalah ladang mata pencaharian mereka. Ibu rumah tangga suku Bajoe selain mengurus rumah tangga juga membantu suami dengan cara mengolah hasil tangkapan ikan atau menjualnya di pasar terdekat (pasar bajoe).[7]
Beberapa suku Bajoe bahkan sudah mengenal teknik budidaya produk laut tertentu, misalnya lobster, ikan kerapu, udang, dan lain sebagainya. Mereka menyebut tempat budidaya sebagai tambak terapung yang biasanya terletak tak jauh dari pemukiman. Sebagian kecil masyarakat suku Bajoe bahkan sudah membuat rumah permanen dengan menggunakan semen dan berjendela kaca. Anak-anak Suku Bajoe juga sudah banyak yang bersekolah, bahkan ada yang sampai perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran mereka tentang pentingnya pendidikan sudah mulai terbangun.
Suku Bajoe yang mendapat sebutan sea nomads atau manusia perahu karena sejak zamandahulu mereka adalah petualang laut sejati yang hidup sepenuhnya di atas perahu sederhana. Mereka berlayar berpindah-pindah dari wilayah perairan yang satu dan lainnya. Perahu adalah rumah sekaligus sarana mereka mencari ikan di luas lautan yang ibaratnya adalah ladang bagi mereka. Ikan-ikan yang mereka tangkap akan dijual kepada penduduk di sekitar pesisir pantai atau pulau. Inilah asal mula mereka disebut sebagai manusia perahu atau sea nomads. Kini mereka banyak bermukim di pulau-pulau sekitar Pulau Sulawesi, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara, Maluku, hingga Papua. Persebaran suku Bajoe di beberapa daerah di Nusantara tentunya terjadi karena cara hidup mereka yang berpindah-pindah dan berlayar dengan perahu.[8]
Suku bajo tersebar di banyak tempat di Nusantara bahkan hingga ke negara tetangga termasuk Filipina dan Thailand. Satu kesamaan darinya adalah di tempat berbeda tersebut mereka menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa  ibu suku Bajoe. Dari segi bahasa yang digunakan suku Bajoe saat ini pun ada kesamaan dengan bahasa Tagalog, Filipina.
B.     Kepemimpinan kepala suku dalam Pelaksanaan Pendidikan Islam Di Bajoe
Setelah terbentuk beberapa tempat ibadha di daerah suku bajo,masyarakat suku bajo suda banyak melaksanakan ibadha-ibadha berupa sholat,membaca Al-Qur’an di rumah ataupun di mesjid yang telah ada di suku bajo yang bernama mesjid Nadatussaada dan mesjid Jamirul Ilham, itu semuah berkat tokoh masyarakat yang mau ingin merubah suku bajo bahkan di mesjid jamirul ilham suda di bentuk anak remaja mesjid yang mengurus mesjid tersebut.
Berkat kepalah suku bajo yang bermotifasi merubah masyarakatnnya menjadi lebih baik di daerah suku bajo sekarang suda terbentuk berupa sekolah alam yang letaknnya berdekatan dengan mesjid Jamirul Ilham,supaya masyarak suku bajo dapat mengetahui etika moral menghargai baik itu sesama manusia ataupun alam semesta.
 Akhlak itu penting tidak hanya terbatas seseorang saja,tetapi penting juga pada masyarakat umat dan kemanusiaan pada umumnya, atau dengan kata lain,akhlak itu penting bagi seseorang dan masyarakat sekaligus. Sebagaimana seseorang tidak sempurna kemanusiaanya tampa akhlak begitu juga masyarakat dalam segala tahapanya tidak baik kehidupannya, tidak lurus keadaannya tanpa akhlak , dan hidup tidak akan makna tanpa ada akhlak mulia.[9]  
            Pendidikan islam sebagai proses iktiariah manusia mengandung cirri dan watak khusus dilihat dari kedua, aspek tersebut merupakan proses penanaman,pengembangan, dan pemantapan nilai-nilai keimanan yang menjadi pundamental-spritual manusia, dari mana, sikap dan tingkah lakunya termanifestasikan, menurut kaida-kaida agamanya,nilai-nilai keimanam seseorang merupakan keseluruhan pribadi yang menyatakan diri dalam bentuk tingka laku lahiriah dan rohaniah, dan ia merupakan tenaga pendorong dan penegak yang fundamental bagi tingkah laku seseorang,iman seseorang yang telah internalized
dapat menjadi elanvitale bagi fungsi-fungsi kejiwaan seseorang yang berkemampuan mengontrol,mengarahkan, serta mendinamisir tingkah lakunya.[10]


C.    Peranan pendidikan islam di suku bajo
Pendidikan bagi umat manusia merupakan system dan cara meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang. Dalam sejarah hidup umat manusia dimuka bumi ini, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan peningkatan kualitasnya, sekalipun dalam kelompok masyarakat primitif.
Hanya system dan metodenya yang berbeda-beda sesuai taraf hidup dan budaya masyarakat masing-masing.Dikalangan masyarakat, manusia yang berbudaya modern, system dan metode pendidikan yang dipergunakan setara dengan kebutuhan atau tuntutan aspirasinya.
Hal inilah yang dapat  menyebabkan ketertinggalan pendidikan Islam dari lembaga pendidikan lainnya. Adapun menurut Zainal Abidin Ahmad (1970:35), setidaknya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1.      Pendidikan Islam sering terlambat merumuskan diri untuk merespon perubahan dan kecenderungan masyarakat sekarang dan akan datang.
2.      Sistem pendidikan Islam kebanyakan masih lebih cenderung mengorientasikan diri pada bidang-bidang humaniora dan ilmu-ilmu sosial ketimbang ilmu-ilmu eksakta semacam fisika, kimia, biologi, dan matematika modern
3.      Usaha pembaharuan pendidikan Islam sering bersifat sepotong-potong dan tidak komprehensif, sehingga tidak terjadi perubahan yang esensial.
4.      Pendidikan Islam tetap berorientasi pada masa silam ketimbang berorientasi kepada masa depan, atau kurang bersifat future oriented.
5.      Sebagian pendidikan Islam belum dikelola secara professional baik dalam penyiapan tenaga pengajar, kurikulum maupun pelaksanaan pendidikannya.
6.      Sistem pendidikan Islam yang ada hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama saja. Di sisi lain, generasi muslim yang menempuh pendidikan di luar sistem pendidikan Islam hanya mendapatkan porsi kecil dalam hal pendidikan Islam atau bahkan sama sekali tidak mendapatkan ilmu-ilmu keislaman.
Beberapa persepsi generasi muda di Bajoe tentang pentingnya Pendidikan Agama dalam kehidupan sehari-hari.
Menuru tokoh masyarakat bahwa pendidikan islam sangat penting diajarkan pada anak-anak sejak usiah dini agar pendidikan islam yang dapat menjadi benteng dalam menghadapi banyaknya budaya asing yang masuk ke Indonesia.[11]Pendidikan merupakan dasar kehidupan manusia, adaalah pandangan hidup, maka dari itu tujuan pendidikan haruslah ditentukan falsafah hidup yang dianut oleh bangsa.[12]
Dari pengertian pendidikan Islam di atas dapat dipahami bahwa pendidikan itu tidak hanya di laksanakan melalui proses prasarana yang memadai tetapi yang palng penting dalam pendidikan tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian peningkatan pelaksanaan pelaksanaan agama (islam) bagi kehidupan masyarakat suku bajo sangat diperlukan sehingga penggulanan moral bagi masyaarakat suku bajo terkhususnya bagi kalangan remaja.mungkin pendidikan agama islam sesungguhnya mengandung banyak aspek social dan pedoman akhlakul karimah dilaksanakan dengan sedimikian rupa, agar dapat didekatkan dengan kenyataan sekarang ini.










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pendidikan bagi umat manusia merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang. Pendidikan islam dalam masalah sosial memiliki banyak problem yang harus menemui titik penyelesaian danuntuk mengatasi problematika dalam pendidikan Islam hendaknya`terlebih dahulu harus mengetahui secara pasti tujuan yang akan dicapai yaitu dilihat dari dua perspektif sebagai berikut yaitu  perspektif manusia (pribadi) dan perspektif masyarakat (makhluk sosial).Sistem pendidikan Islam diharapkan tidak terjebak pada aspek rutinitas, alami dan salah kaprah.Sehingga dibutuhkan kerja ekstra keras dan cerdas dalam menyikapi pelbagai dinamika perubahan masyarakat yang terus menerus berkembang, serta bersikap proaktif dan antisipasif dalam pengembangannya.
Pembenahan sistem pendidikan Islam yang harus dilakukan adalah melahirkan cara pandang baru (mindset) guna pemetaan dan pemantapan visi-misi, tujuan, dan perumusan kurikulum yang baik dan benar.



B.     Saran
Semoga makalah yang kami susun ini bisa dijadikan sebagai sumber pelajaran yang bermanfaat bagi pembaca dan penulis pada khususnya.Kami menyadari bahwa baik dari pemilihan materi serta penyusunan makalah ini masih jauh pada tahap kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, baik dari pembaca maupun dari pendengar pada umumnya.












DAFTAR PUSTAKA
Marianne & Tonibush,Menejemen Mutu Kepemimpinan pendidikan. Surabaya: IRCiSoD. 2012.
Al-Toumy al-Syaibany Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany,Filsafat Pendidikan Islam cet.IV;Jakarta Bumi Aksara. 2000.
Arifin H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan;Islam dan Umum Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara. 2000.



 [1]Lihat,Tonibush&Marianne,Menejemen Mutu Kepemimpinan pendidikan (Cet.I;Surabaya:IRCiSoD, 2012), h. 64    
[2] Lihat,Ibid.h.66                  
[3] Lihat www.Pengertian kepala suku.com(21juni2015)
[4] H.Muhlis,Tokoh Masyarakat,Wawancara,Tanggal  19 juni 2015
[5] Arfah,Tokoh Masyarakat,Wawancara,Tanggal 21 Juni 2015
[6] Rustam,Wawancara,Tanggal 21 Juni 2015
[7] Kepala Suku,Wawancara,Tanggal 21 Juni 2015
[8] Lihat www.Sejarah suku bajo,tanggal 24 juni 2015
[9] Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany,Filsafat Pendidikan Islam (cet.IV;Jakarta Bumi Aksara,2000) hal.214
[10] H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan;Islam dan Umum (Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara,2000), hal.214
[11] Jumadi, Tokoh masyarakat, Wawancara, 24 Juni 2015
[12] Daddo, Tokoh masyarakat,Wawancara, 24 Juni 2015

Artikel Terkait

Previous
Next Post »