Makalah, Makalah Belajar Aktif, Cara Kerja Otak Dan Gaya Belajar Mata Kuliah Strategi Pembelajaran

12:09:00 PM
Makalah, Makalah Belajar Aktif, Cara Kerja Otak Dan Gaya Belajar Mata Kuliah Strategi Pembelajaran

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan  inayah-Nya sehingga penulis dengan segala kelebihan dan kekurangannya dapat menyelesaikan  tugas  makalah Strategi Pembelajaran PAI  ini, yang diberi  judul Belajar Aktif, Cara Kerja Otak dan Gaya Belajar”.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, walaupun sesungguhnya penulis sudah berupaya keras dengan kemampuan sesuai disiplin ilmu yang dimiliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis meminta para pembaca agar senantiasa dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menghanturkan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada dosen yang bersangkutan.
Semoga segala bantuan, dorongan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Dan akhir kata, penulis harapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amiin.



Watampone 24 Maret 2015

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR  ISI                                                                                           
BAB I PENDAHULUAN                                                                        
A.    Latar Belakang                                                                               
B.     Rumusan Masalah                                                                         
C.     Tujuan Penulisan                                                                           
BAB II PEMBAHASAN                                                                         
A.    Belajar Aktif                                                                                  
B.     Cara Kerja Otak                                                                            
C.     Gaya Belajar                                                                                  
BAB III PENUTUP                                                                                  
A.    Simpulan                                                                                        
B.     Saran                                                                                              

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam keseluruhan proses pendidikan  yang utamanya dilakukan di sekolah, kegiatan belajara merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasilnya tidak pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.
Pendidikan akan menghasilkan keluaran (output) yang bermutu bila proses pembelajarannya bermutu. Proses pembelajaran yang bermutu dapat dilaksanakan dalam berbagai pendekatan. Pendekatan pembelajaran yang diyakini sebagai efektif dan efisien saat ini adalah belajar aktif.
Begitu pula dengan cara kerja otak. Otak merupakan anugerah dari yang Maha Kuasa yang terdiri dari otak kiri dan otak kanan.Setiap otak manusia berkembang secara unik dan berbeda. Setiap bagian otak mempunyai fungsi dan cara kerja yang berbeda-beda. Keseimbangan otak kiri dan kanan berpengaruh pada kualitas pemikiran atau kecerdasan seseorang. Karena jika hanya otak kiri saja yang berkembang baik, tanpa diikuti perkembangan otak kanan, maka seseorang akan kurang memahami sesuatu karena konsentrasinya.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, jadi penulis dapat menentukan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana ruang lingkup dari belajar aktif ?
2.      Bagaiamana cara kerja otak ?
3.      Apa saja macam-macam gaya belajar ?



C.    Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas, jadi penulis dapat menentukan tujuan penulisan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui definisi dari belajar aktif.
2.      Untuk mengetahui cara kerja otak.
3.      Untuk mengetahui macam-macam gaya belajar.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Belajar aktif
Belajar aktif terdiri atas dua kata yaitu “belajar” dan “akitf”. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.[1] Sedangkan kata aktif menurut Kamus Besar Lengkap Bahasa Indonesia yaitu giat bekerja, giat berusaha, dinamis, dan mampu bereaksi dan beraksi.
Jadi, Active learning (belajar aktif) pada dasarnya merupakan usaha untuk menjadikan peserta didik sebagai objek utama yang lebih aktif dalam proses pembelajaran dan juga agar dapat memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses.
Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. [2]
Pembelajaran/belajar aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio (1984) menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie (1986) menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perthatian siswa dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir. Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan sekolah.
Hal ini menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Sebagaimana yang diungkapkan Konfucius:
1. Apa yang saya dengar, saya lupa
2.  Apa yang saya lihat, saya ingat
3.  Apa yang saya lakukan, saya paham
Ketiga pernyataan ini menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi pembelajaran.[3]
Salah satu metode belajar aktif yang sering diwacanakan di era pendidikan nasional sekarang ini yaitu Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Pada umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah pendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata “approach” yang dimaksudnya juga “pendekatan”. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata hanya menyajikan materi ajar. Guru dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar dengan cara demikian pembelajar akan benar-benar memahami apa yang akan diajarkan. Piaget dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat manusia. Piaget memandang anak-akalnya-sebagai agen yang aktif dan konstruktif yang secara perlahan-lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus-menerus. Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari.
CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secar fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar. Kadar aktivitas pembelajar masih rendah dan belum terpogram. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara bersama-sama.
CBSA dapat dilihat dari 2 segi, yakni dari segi siswa yang berarti bahwa CBSA merupakan proses kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka belajar. Aktivitas ini dapat berupa aktivitas fisik, mental maupun keduanya. Ada yang lebih menekankan pada keaktifan mental, meskipun untuk mencapai maksud ini dipersyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai keaktifan fisik  dan CBSA dapat dilihat dari segi guru merupakan suatu strategi yang dipilih guru agar keaktifan siswa dalam kegiatan belajar berlangsung secara optimal. Untuk mencapai maksud ini guru sebelumnya telah mendesain kegiatan belajar yang meletakkan aktivitas pada subjek didik.[4]
CBSA merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar dimana anak terutama mengalami keterlibatan intelektual emosional, di samping keterlibatan fisik di dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan Active Learning in school (ALIS) yaitu pembelajaran aktif yang dilaksanakan di sekolah-sekolah untuk para siswa yang hakikat inti dan isi kurang lebih sama dengan CBSA, memiliki beberapa prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.      Prinsip melakukan, yang dalam CBSA disebut belajar sambil bekerja, pada dasarnya pembelajaran itu harus membuat peserta didik berbuat sesuatu, bukan tinggal diam, berpangku tangan. Perbuatan itu dapat berupa; melihat, mendengar, meraba, merasakan, menulis, mengukur, membaca, menggambar, menghitung yang pada dasarnya sama dengan ketrampilan proses.
2.      Prinsip melibatkan semua alat indera (pancaindera), bahwa dalam pembelajaran hendaknya mengaktifkan semua alat indera untuk memperoleh informasi atau pengetahuan, melalui melihat, mendengar, meraba, mengecap dan membau. Dengan mengerahkan semua semua indera(sejauh memungkinkan) peserta didik akan memperoleh pengetahuan atau informasi yang lebih mengesankan, bukan sekedar hafalan, dan tidak mudah untuk dilupakan.
3.      Prinsip eksplorasi lingkungan, bahwa pembelajaran aktif memanfaatkan lingkungan sebagai sarana, media dan/atau sumber belajar. Lingkungan itu dapat berupa lingkungan fisik, lingkungan social, lingkungan budaya, dan juga lingkungan mental. Lingkungan itu dapat berupa obyek (benda-benda), tempat (situasi dan kondisi), kejadian atau peristiwa dan idea tau gagasan.[5]

B.     Cara kerja otak
Otak merupakan anugerah dari Yang Maha Kuasa yang terdiri dari otak kiri dan otak kanan.Setiap otak manusia berkembang secara unik dan berbeda. Setiap bagian otak mempunyai fungsi dan cara kerja yang berbeda-beda. Keseimbangan otak kiri dan kanan berpengaruh pada kualitas pemikiran atau kecerdasan seseorang. Karena jika hanya otak kiri saja yang berkembang baik, tanpa diikuti perkembangan otak kanan, maka seseorang akan kurang memahami sesuatu karena konsentrasinya.
Bagian-bagian otak yaitu belahan otak kanan, belahan otak kiri, dan belahan otak tengah. Belahan-belahan tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Pada belahan otak kiri manusia dirancang untuk memproses bagian-bagian (secara berurutan), bagian otak kanan memproses keseluruhan (secara acak) dan pada bagian otak tengah merupakan penyumbang sekitar 20% dari seluruh volume otak, bertanggungjawab atas tidur, emosi, pengaturan bagian tubuh, hormon, seksualitas, penciuman, dan produksi kimiawi otak. Disaat otak kiri bekerja menghafal rumus, berpikir kritis, dan otak kanan tidak bisa bekerja, maka otak kanan akan mengganggu kerja otak kiri. Otak kanan akan bekerja saat ada musik klasik, gambar-gambar yang menarik, dan sebagainya. Intinya seorang guru harus mampu memberikan pengajaran yang menyeimbangkan kerja otak.
Sedangkan otak depan merupakan sumber rasio yang terdiri dari pusat-pusat yang memahami apa yang diamati. Amygda adalah tempat menyimpan memori emosi yang mempunyai peran penting dalam emosional. Amyda memungkinkan adanya respon sebelum berfikir. Sebaiknya dalam memberikan pelajaran diawali dengan pemanasan otak, agar individu mempersiapkan otaknya sehingga tercapai hasil belajar yang optimal.
Singkatnya semua belahan otak digunakan semua pada hampir setiap waktu dan tidak dapat dihentikan. Otak bekerja begitu banyak di luar kesadaran manusia.[6] 
Otak terletak dalam batok kepala dan melanjut menjadi saraf tulang belakang (medulla spinalis). Berat otak kurang lebih 1400 gram atau kira – kira 2% dari berat badan. Tidak ada hubungan langsung antara berat otak dan besarnya kepala dengan tingkat kecerdasan.  Otak bertambah besar, namun tetap berada dalam tengkorak sehingga semakin dalam lekukan pertanda semakin banyak informasi yang disimpan, dan semakin cerdaslah pemiliknya. Secara antomis, bongkahan otak dapat dibagi menjadi otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang otak (brain stem). Pembelajaran sangat berhubungan dengan otak besar, sedangkan otak kecil lebih bertanggung jawab dalam proses koordinasi dan keseimbangan, dan batang otak mengatur denyut jantung serta proses pernafasan yang sangat penting bagi kehidupan. Dalam rangka mengkaji sistem pendidikan, otak besar akan lebih banyak dieksplorasi. Di dasar lekukan ada sekumpulan serat yang menghubungkan kedua belahan otak yang disebut dengan corpus callosum. Apabila otak dibelah secara vertikal, akan terlihat otak bagian luar (cortex cerebri) yang berwarna abu-abu dan otak bagian dalam yang berwarna putih. Cortex cerebri mempunyai tiga fugsi yaitu: 1) sensorik yang berfungsi untuk menerima masukan; 2) asosiasi yang bertugas mengolah masukan, dan 3) motorik yang bertugas mereaksi masukan dengan gerakan tubuh. (snell, 1996)
Masukan informasi dari luar ditangkap melalui panca indra baik pengelihatan, pendengaran, penciuman, peradaban, maupun pengecapan.Contohnya apabila telinga menerima masukan suara maka akan dibawa oleh saraf pendengaran kepusatnya di cortex bagian samping. Selanjutnya masukan dikirim kedaerah asosiasi untuk dicocokan makna katanya. Akhirnya dikirim kepusat bicara di otak depan untuk kemudian diperintahkan  lidah dan telinga dan tangan agar bertindak sebagai reaksinya. Semua proses tersebut disimpan digudang memori dalam otak untuk sewaktu-waktu dapat dipanggil kembali. Kejadian puluhan tahun yang lalu  yang diturunkan dari generasi ke generasi. Hal inilah yang kemudian membentuk insting dan reaksi tak terduga dari manusia jika berhadapan dengan hal yang dahulu pernah dihadapi oleh nenek moyangnya. (Goleman, 1997).[7]
Otak menyimpan informasi dengan menggunakan asosiasi. Apabila ada penguatan informasi lama dan penambahan informasi baru maka sel-sel otak segera berkembang membentuk hubungan-hubungan baru. Semakin banyak jalinan saraf terbentuk, semakin lama dan kuat informasi itu disimpan.
Otak bekerja dengan menggunakan prinsip alur (sirkuit) dan tidak kerja sendiri. Fungsi dapat terpenuhi karena semua bagian otak bekerja dalam sebuah sirkuit canggih. Setiap bagian otak menyumbang kelebihannya masing-masing dalam sirkuit ini. Misalnya, fungsi spiritual dapat terjadi karena seluruh bagian otak memberikan sumbangsih dalam sebuah “sirkuit spiritual” yang dapat melahirkan perasaan mistis atau perasaan tertentu yang berkaitan dengan rasa damai dan nyaman.  
Adapun yang perlu ditekankan yaitu bagaimana Implementasi cara kerja otak dalam proses pembelajaran?
Belajar merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulus dari lingkungan. Untuk dikatakan berhasilnya proses pembelajaran, maka cara kerja otak tersebut menghasilkan hasil belajar.



Hasil belajar tersebut terdiri dari:
  1. Informasi verbal: kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan atau tertulis.
  2. Keterampilan intelektual: kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup.
  3. Strategi kognitif: Kemampuan menyalurkan dan mengarahkan akivitas kognitifnya sendiri.
  4. Keterampilan motorik: kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani.
  5. Sikap: kemampuan menerima atau menolak obyek berdasakan penilaian terhadap obyek tesebut.
Penerapan lainnya adalah dengan cara kita sebagai manusia harus meningkatkan atau memaksimalkan kinerja otak untuk mengasah otak atau dengan meningkatkan konsentrasi otak. Semakin sering di asah, otak kita akan cenderung lebih tangkap dalam menerima informasi. Dengan begitu akan memudahkan kita menerima segala proses pembelajaran jika otak kita siap untuk menerima pemikiran dari luar dan juga untuk mamancarkan pemikiran kepada otak orang lain.[8]
C.    Gaya belajar
Gaya belajar adalah variasi cara yang dimiliki seseorang untuk mengakumulasi serta mengasimilasi informasi. Pada dasarnya, gaya belajar Anda adalah metode yang terbaik memungkinkan Anda dalam mengumpulkan dan menggunakan pengetahuan secara spesifik. Kebanyakan ahli setuju bahwa ada tiga macam dasar gaya belajar. Setiap individu memungkinkan untuk memiliki satu macam gaya belajar atau dapat memiliki kombinasi dari gaya belajar yang berbeda.
Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan kita sebagai pendidik untuk melihat gaya belajar peserta didiknya di sekolah dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika kita menyadari bagaimana diri ini dan orang lain menyerap dan mengolah informasi, kita dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan gaya sendiri. Ada dua kategori utama tentang bagaimana kita belajar yaitu:
1.      Modalisme adalah bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah.
2.      Dominasi otak adalah cara dan bagaimana kita mengatur dan mengolah informasi.
Secara umum, gaya belajar dapat dikelompokkan berdasarkan kemudahan dalam menyerap informasi (perceptual modality), cara memproses informasi (information processing), dan karakteristik dasar kepribadian (personality pattern). Pengelompokan berdasarkan perceptual modality didasarkan pada reaksi individu terhadap lingkungan fisik dan cara individu menyerap data secara lebih efisien. Pengelompokan berdasarkan information processing didasarkan pada cara individu merasa, memikirkan, memecahkan masalah, dan mengingat informasi. Sedangkan pengelompokan berdasarkan personality pattern didasarkan pada perhatian, emosi, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh individu.
DePorter dan Hernacki (1999) mengemukakan tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality). [9] Ketiga gaya belajar tersebut adalah gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), auditorial (belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh). Setiap individu menggunakan semua indera dalam menyerap informasi. Tetapi, secara umum, individu mempunyai kecenderungan lebih kuat pada salah satu gaya belajar. Sebagian individu mudah menangkap informasi dalam bentuk visual, sebagian yang lain menyukai informasi bentuk verbal dan sebagian yang lain lebih nyaman dengan cara aktif dan interaktif. Berikut jenis-jenis gaya belajar yang dikemukakan oleh DePorter dan Hernacki (1999) yaitu sebagai berikut :
1.      Gaya Belajar Visual
Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual lebih senang melihat apa yang sedang dipelajari. Gambar/visualisasi akan membantu mereka yang memiliki gaya belajar visual untuk lebih memahami ide atau informasi daripada apabila ide atau informasi tersebut disajikan dalam bentuk penjelasan. Apabila seseorang menjelaskan sesuatu kepada orang yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual, mereka akan menciptakan gambaran mental tentang apa yang dijelaskan oleh orang tersebut. Ciri-ciri gaya belajar visual :
a.       Bicara agak cepat
b.      Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
c.       Tidak mudah terganggu oleh keributan
d.      Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
e.       Lebih suka membaca dari pada dibacakan
f.        Pembaca cepat dan tekun
g.      Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
h.      Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
i.        Lebih suka musik dari pada seni
j.        Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :
a.       Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
b.      Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
c.       Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
d.      Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
e.       Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.

2.      Gaya Belajar Auditorial
Sementara itu, individu yang cenderung memiliki gaya belajar auditorial kemungkinan akan belajar lebih baik dengan mendengarkan. Mereka menikmati saat-saat mendengarkan apa yang disampaikan orang lain.
Ciri-ciri gaya belajar auditori :
a.       Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
b.       Penampilan rapi
c.       Mudah terganggu oleh keributan
d.      Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
e.       Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
f.        Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
g.      Biasanya ia pembicara yang fasih
h.      Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
i.        Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
j.        Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
k.      Berbicara dalam irama yang terpola
l.        Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
a.       Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
b.      Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
c.       Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
d.      Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
e.       Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur
3.      Gaya Belajar Kinestetik
Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik akan belajar lebih baik apabila terlibat secara fisik dalam kegiatan langsung. Mereka akan belajar sangat baik apabila mereka dilibatkan secara fisik dalam poembelajaran. Mereka akan berhasil dalam belajar apabila mereka mendapat kesempatan untuk memanipulasi media untuk mempelajari informasi baru.
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
a.        Berbicara perlahan
b.      Penampilan rapi
c.       Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
d.      Belajar melalui memanipulasi dan praktek
e.       Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
f.        Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
g.      Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
h.      Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
i.        Menyukai permainan yang menyibukkan
j.        Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
k.      Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
a.       Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
b.      Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya
Perlu diingat bahwa tidak ada cara yang salah dalam belajar. Setiap orang adalah unik dan setiap gaya belajar memberikan keuntungan serta begitu pula kekurangan masing-masing.



BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Berdasarkan uraian pembahasan diatas, maka penulis dapat menentukan simpulan sebagai berikut :
1.      Active learning (belajar aktif) pada dasarnya merupakan usaha untuk menjadikan peserta didik sebagai objek utama yang lebih aktif dalam proses pembelajaran dan juga agar dapat memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses.
2.      Otak merupakan anugerah dari Yang Maha Kuasa yang terdiri dari otak kiri dan otak kanan. Setiap otak manusia berkembang secara unik dan berbeda. Setiap bagian otak mempunyai fungsi dan cara kerja yang berbeda-beda. Keseimbangan otak kiri dan kanan berpengaruh pada kualitas pemikiran atau kecerdasan seseorang. Karena jika hanya otak kiri saja yang berkembang baik, tanpa diikuti perkembangan otak kanan, maka seseorang akan kurang memahami sesuatu karena konsentrasinya. Maka dari itu sangatlah penting untuk mengetahui cara otak bekerja.
3.      Gaya belajar adalah variasi cara yang dimiliki seseorang untuk mengakumulasi serta mengasimilasi informasi. Pada dasarnya, gaya belajar Anda adalah metode yang terbaik memungkinkan Anda dalam mengumpulkan dan menggunakan pengetahuan secara spesifik. Kebanyakan ahli setuju bahwa ada tiga macam dasar gaya belajar. Setiap individu memungkinkan untuk memiliki satu macam gaya belajar atau dapat memiliki kombinasi dari gaya belajar yang berbeda.
B.     Saran
Banyak hal yang perlu kita ketahui tentang belajar aktif, cara kerja otak dan gaya belajar. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah kami ini, jadi penulis menyarankan untuk tidak berhenti belajarr sebatas pada makalah ini saja. Namun lebih luas lagi untuk mencari dan membaca buku yang lebih lengkap lagi guna menambah wawasan kita dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.



DAFTAR PUSTAKA
Slameto. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.

Mulyasa, E. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004.

Warsono, Hariyanto. Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2012.

Hamalik, Dr. Oemar. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Jakarta: Sinar Baru Algensindo. 2003.

Soegeng. Pengembangan Sistem Pembelajaran. Semarang: Semarang Press. 2012.

Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran.  Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2004.

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. 2002.

DePorter, Bobbi. (Alih Bahasa: Abdurrahman, A).  Quantum Learning – Membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2004.







[1] Drs. Slameto, Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 2
[2] Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004,  h. 41
[3] Hariyanto Warsono, Pembelajaran Aktif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012, h. 4
[4] Dr. Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA, Jakarta: Sinar Baru Algensindo, 2003, h. 2-8
[5] A.Y Soegeng, Pengembangan Sistem Pembelajaran, Semarang: Semarang Press, 2012 h, 21-25
[6] Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran,  Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, h. 21
[7] Ibid. h.  24
[8] Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2002, h. 12
[9] Bobbi DePorter (Alih Bahasa: Abdurrahman, A),  Quantum Learning – Membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan, Bandung,: Remaja Rosda Karya, 2004,  h. 56

Artikel Terkait

Previous
Next Post »