Makalah Perspektif Psikologi Terhadap Permasalahan Remaja Dalam Bidang Pendidikan

4:33:00 AM 0

BAB I
PENDAHULUAN.

A.    Latar Belakang Masalah
Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase perkembangan manusia tersebut, salah satu yang paling penting dan paling menjadi pusat perhatian adalah masa remaja. Para orang tua, pendidik dan para tenaga profesional lainnya mencoba untuk menerangkan dan melakukan pendekatan yang efektif untuk menangani para remaja ini.
Lalu ada apakah di masa remaja ini? Seberapa besarkah pentingnya untuk menangani masa remaja dan seberapa besar pengaruhnya untuk kehidupan dimasa depan individu tersebut? Masa remaja yang dimaksudkan merupakan periode transisi antara masa anakanak dan masa dewasa. Batasan usianya tidak ditentukan dengan jelas, sehingga banyak ahli yang berbeda dalam penentuan rentang usianya. Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa masa remaja berawal dari usia 12 sampai dengan akhir usia belasan ketika pertumbuhan fisik hampir lengkap. Salah satu pakar psikologi perkembangan Elizabeth B. Hurlock (1980) menyatakan bahwa masa remaja ini dimulai pada saat anak mulai matang secara seksual dan berakhir pada saat ia mencapai usia dewasa secara hukum.
Masa remaja terbagi menjadi dua yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remaja awal dimulai pada saat anak-anak mulai matang secara seksual yaitu pada usia 13 sampai dengan 17 tahun, sedangkan masa remaja akhir meliputi periode setelahnya sampai dengan 18 tahun, yaitu usia dimana seseorang dinyatakan dewasa secara hukum. Banyaknya permasalahan dan krisis yang terjadi pada masa remaja ini menjadikan banyak ahli dalam bidang psikologi perkembangan menyebutnya sebagai masa krisis.
Pada masa ini perubahan terjadi sangat drastis dan mengakibatkan terjadinya kondisi yang serba tanggung dan diwarnai oleh kondisi psikis yang belum mantap, selain dari pada itu periode ini pun dinilai sangat penting bahkan Erik Erikson (1998) menyatakan bahwa seluruh masa depan individu sangat tergantung pada penyelesaian krisis pada masa ini.

B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimanakah karakteristik remaja?
2.      Apasajakah tugas perkembangan remaja?
3.      Bagaimanakah proses yang terjadi pada masa perkembangan remaja?

C.    Tujuan penulisan
1.      Memahami karakteristik remaja
2.      Mengetahi tugas perkembangan remaja
3.   Memahami segala bentuk yang terjadi pada masa perkembangan remaja

DOWNLOAD FILE LENGKAP DIBAWAH INI



Makalah Perkembangan Sosial Anak

4:29:00 AM 0

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Kesepakatan para ahli menyatakan bahwa :
yang dimaksud dengan perkembangan itu adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa, naqmun mereka berbeda-beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yang hakiki. (Ani Cahyadi, Mubin, 2006 : 21-22).
Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh dan berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui beberapa langkah jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangnya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersbut merupakan proses sosialisai yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang yang secara aktif melakukan proses sosialisasi

B.     Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah di dalam makalah ini adalah :
1.      Apa makna perkembangan sosial anak ?
2.      Bagaimana bentuk – bentuk tingkah laku sosial pada anak ?
3.      Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sosial anak ?
4.      Bagaimana pengaruh perkembangan sosial anak terhadap tingkah laku anak ?

C.    Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui makna perkembangan sosial anak ; mengetahui bentuk-bentuk perkembangan sosial anak ; mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak dan pengaruh perkembangan sosial anak terhadap tingkah laku anak.

D.    Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bagian, yaitu Pertama: Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masala dan sistimatika uraian. Kedua: Isi atau bagian teori dan hasil meliputi ; makna perkembangan sosial anak, bentuk-bentuk perkembangan sosial anak ; faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak dan pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku anak.

DOWNLOAD FILE LENGKAP DI BAWAH INI

Makalah Tugas Kepala Sekolah Selaku Administrator

4:23:00 AM 0

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan ditetapkannya otonomi daerah melalui ketetapan MPR No. XV/MPR/1998, diiringi dengan lahirnya UU Nomor 25 tahun 2000 tentang pembagian kewenangan antara pusat dan daerah banyak membawa kemajuan inovatif di bidang pengelolaan pendidikan. Konsep dan prinsip otonomi pendidikan adalah memberikan ruang kreatifitas dan inovasi yang proporsional sebagai upaya memberdayakan pendidikan. Sedangkan pemerintah bertindak sebagai pelayan kebutuhan sekolah, bukan sebagai pihak yang mengintimidasi sekolah. Kemudian lembaga sekolah sebagai pelayan belajar dan pelaksana pembelajaran. Otonomi pendidikan juga mengatur standar kualitas oleh pemerintah yang dipersyaratkan dan melakukan akreditasi untuk mengukur kualitas semua jenis dan jenjang pendidikan. Jika bangsa Indonesia ingin berkiprah dalam percaturan global, menurut Mulyana (2003: 4) langkah pertama yang dilakukan adalah menata SDM (Sumber Daya Manusia), dari segi aspek intelektualitas, emosional, spiritual, kreativitas, moral, maupun pertanggung jawabannya. Dalam tata dunia yang telah disebutkan di atas, maka peran dunia pendidikan dianggap terpenting sebab dengan pendidikanlah keberadaan ilmu pengetahuan itu bisa dikuasai.
Kepala sekolah mempunyai peran sebagai administrator dan supervisor pada dasarnya memberikan layanan profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kinerja guru. Kondisi pelaksanaan pembinaan oleh kepala sekolah yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi pelaksanaan administrasi sekolah, tugas rutin guru-guru, ketertiban, disiplin dan keberhasilan sekolah. Kegiatan pembinaan kepala sekolah seperti di atas tentunya akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru. Keberhasilan sekolah tidak terlepas dari tugas dan tanggung jawab serta peranan kepala sekolah. Dalam meningkatkan kinerja guru, peranan kepala sekolah sangat besar, bukti bahwa peran tersebut sangat besar adalah dimana ketidakhadiran kepala sekolah menjadikan kegiatan belajar mengajar kurang terarah dan terkontrol. Jika berjalanpun maka kegiatan belajar mengajar asal berjalan saja, mengingat setiap guru yang akan menyampaikan materi pelajaran terlebih dahulu membuat program pengajaran harian untuk diteliti dan disahkan oleh kepala sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. apakah defenisi administrasi?
2. apakahsaja tugas kepala sekolah selaku administrator?

C. Tujuan Penulisan
1. memahami arti administrasi.
2. mengetahui tugas kepala sekolah selaku administrator.

DOWNLOAD FILE LENGKAP DI BAWAH INI

Makalah Kepala Sekolah Selaku Motivator

4:13:00 AM 0

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan luas kepada sekolah dalam mengembangkan berbagai potensinya memerlukan peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam berbagai aspek manajerialnya, agar dapat mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang diemban sekolahnya (Mulyasa, 2003: 24). Berdasarkan hal tersebut maka sekolah adalah lembaga bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah merupakan organisasi yang didalamnya terdapat dimensi satu sama lain saling berkaitan dan menentukan. Sedangkan sifat yang unik menunjukkan sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi lain. Ciri-ciri yang dimilikinya yaitu terjadinya proses belajar mengajar. Karena keunikannya maka sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi dan keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah. Kepala sekolah yang berhasil adalah mereka yang memahami keberadaan sekolah dan mampu melaksanakan peranannya sebagai seorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah tersebut.
Keberhasilan kepala sekolah menunjukkana bahwa kepala sekolah adalah seorang yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Pepatah mengatakan “keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah”. Kepala sekolah dilukiskan sebagai orang yang memiliki harapan tinggi bagi para staf dan siswanya. Kepala sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui tugastugas mereka dan mereka yang menentukan irama bagi sekolah mereka (James dkk,1985: 1).
Berdasarkan hal tersebut diatas, menunjukkan betapa penting peranan kepala sekolah dalam menggerakkan sekolah untuk mencapai tujuan. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam peranan kepala sekolah, yaitu: (a) kepala sekolah berperan sebagai kekuatan social yang menjadi kekuatan penggerak kehidupan sekolah dan (b) Kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsi mereka (guru) demi keberhasilan sekolah serta memiliki kepedulian kepada staf dan siswanya. Di sisi lain, kepala sekolah juga sebagai pejbat formal, manager, pemimpin, pendidik dan seorang kepala sekolah juga berperan sebagai satf. Dalam rangka menerapkan kualitas sekolah dan sekaligus dalam manajemen peningkatan mutu pembelajaran. Mutu dalam hal ini berkaitan dengan pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan saran dan prasarana pendidikan. Namun demikian berbagai indikasi latar peningkatan mutu pembelajaran belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Kenyataan yang ada di lapangan terutama di kota-kota sebagian menunjukkan peningkatan mutu pembelajaran di Sekolah Dasar yang cukup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih memprihatinkan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 khususnya Pasal 3, ada dua fungsi Sekolah Dasar. Pertama melalui Seklah Dasar anak didik dibekali kemampuan dasar. Kedua Sekolah Dasar merupakan satuan pendidik yang memberikan dasardasar untuk mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya (Bafadal, 2006: 5). Memperhatikan peranan yang demikian besar maka Sekolah Dasar harus dipersiapkan sebaik-baiknya, baik secara sosial institusional maupun fungsional akademik, baik secara proses maupun keluaran. Secara social institusional berarti sekolah harus dipersiapkan agar berfungsi sebagai tempat terjadinya proses sosialisasi antar peserta didik yang akhirnya mengantar kearah kedewasaan secara mental ataupun sosial.
Sedangkan secara fungsional akademis berarti seluruh perangkat sekolah seperti tenaga, kurikulum dan perangkat pendidikan untuk mengembang visi dan misi. Berdasarkan latar belakang diatas, maka Makalah ini akan membahas tentang kepala sekolah selaku motivator.

B.     Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas maka makalah ini akan dibahas inti dari pembahasan makalah ini sebagai mana dari judul makalah yang akan di bahas yakni tentang kepala sekolah selaku motivator.
Inti permasalahan yang akan dibahas pada pembahasan makalah ini yaitu bagaimanakah peran dan fungsi kepala sekolah selaku motivator?

C.    Tujuan penulisan
Tujuan penulisan ini yaitu memahami funsi kepala sekolah selaku motivator.
 DOWNLOAD FILE LENGKAP DI BAWAH INI

Makalah Kepala Sekolah Sebagai Edukator

5:00:00 AM 0


BAB II
PEMBAHASAN
Kepala Sekolah Sebagai Educator (Pendidik) 
Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai educator, khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Pertama; mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran, untuk menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Misalnya memberikan kesempatan bagi para guru yang belum mencapai jenjang sarjana untuk mengikuti kuliah di universitas terdekat dengan sekolah, yang pelaksanaannya tidak mengganggu kegiatan pembelajaran. Kepala sekolah harus berusaha untuk mencari bea peserta didik bagi para guru yang melanjutkan pendidikan, melalui kerjasama dengan masyarakat, dengan dunia usaha atau kerjasama lain yang tidak mengikat. 
Kedua; kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman. Hal yang bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya. 
Ketiga; menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesaui waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran.
Kepala Sekolah sebagai pendidik mempunyai tugas 7 aspek penting yaitu  mengajar di kelas, membimbing guru, membimbing karyawan, membimbing siswa, mengembangkan staf, mengikuti perkembangan IPTEK, dan memberi contoh  Bimbingan Konsling / Karier yang baik.

1.      Mengajar  di Kelas.
      Di Sekolah Negri, Kepala Sekolah diwajibkan mengajar minimal 6 jam pelajaran per minggu di kelas.  Di YBHK,  mengingat Wakil Kepala Sekolah hanya satu atau dua saja maka Kepala Sekolah tidak diwajibkan mengajar minimal 6 jam di Kelas. Meski pun demikian, ada juga Kepala Sekolah di Lingkungan YBHK yang mengajar lebih dari 6 jam pelajaran per minggu.
       Walaupun Kepala Sekolah tidak diwajibkan mengajar,  hendaknya Kepala Sekolah menyadari bahwa  pada waktu-waktu tertentu ia perlu masuk ke kelas-kelas untuk berinteraksi dengan peserta didik agar mengetahui dengan jelas perkembangan situasi dan kondisi kelas per kelas di sekolahnya.  Kepala Sekolah tidak wajib mengajar tetapi, Wakil Kepala Sekolah wajib mengajar 10 jam per minggu.

2.      Memberikan Bimbingan Kepada Para Guru
     Tugas Kepala Sekolah di dalam membimbing para guru meliputi menyusun program pengajaran dan BK,  melaksanakan program pengajaran dan BK, mengevaluasi hasil belajar dan layanan BK, menganalisis hasil evaluasi belajar dan layanan BK, dan melaksanakan program pengayaan dan perbaikan.   

3.      Memberikan Bimbingan Kepada Karyawan
     Tugas Kepala Sekolah di dalam membimbing karyawan meliputi penyususnan program kerja dan pembagian tugas TU, pesuruh, satpam, UKS, tukang, dan laboran.  Para karyawan tersebut dipantau dalam menjalankan tugasnya sehari-hari.  Melaui pemantauan tersebut mereka dievaluasi  dan dikendalikan kinerejanya secara periodik.

4.      Memberikan Bimbingan Kepada   Siswa
     Tugas Kepala Sekolah di dalam membimbing para siswa telah banyak diserap oleh guru bidang studi, guru BP,  wali kelas, dan pembina OSIS.  Tetapi tidak boleh lupa bahwa tugas membimbing para siswa itu adalah tanggungjawab Kepala Sekolah.  Pembinaan Kepala Sekolah yang lebih khusus terhadap siswa adalah memantau kegiatan ekstrakurikuler dan mengikuti  lomba di luar sekolah.

5.      Mengembangkan Staf
      Tugas Kepala Sekolah di dalam mengembangkan staf dapat dijalankan melalui  pendidikan dan pelatihan staf, pertemuan sejawat staf,  seminar, diskusi, lokakarya,  penyediaa bahan bacaan dan media elektronik.  Selain itu, pengembangan staf bisa juga melalui pengusulan kenaikan jabatan melalui seleksi menjadi Kepala TU, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Lokasi Satpam / Pesuruh, dan sebagainya.

6.      Mengikuti Perkembangan IPTEK
     Tugas Kepala Sekolah di dalam mengembangkan dirinya sendiri untuk mengikuti perkembangan IPTEK dapat dilakukan dengan ikuit pelatihan, MKKS, seminar, lolalarya, diskusi, media elekteronik, atau bahan bacaan lainnya..   Sesungguhnya,  bila staf lebih menguasai IPTEK dibandingkan  dengan Kepala Sekolah maka, wibawa Kepala Sekolah itu turun, atau lebih jelek lagi kalau Kasek itu dipermainkan oleh staf karena ketidaktahuannya tentang IPTEK.

7.      Memberi Contoh Bimbingan Konseling / Karier
     Tugas Kepala Sekolah di dalam memeri contoh Bimbingan Konsling / Karir  dapat dilakukan lewat program layanan BK langsung kepada siswa.  Selain itu,  bisa juga memberi bimbingan kepada siswa melalui  guru BP. Artinya, guru BP harus diberdayakan dengan memberikan saran, menggerakkan, memantau, dan memberikan reward and punishment atas apa yang dia kerjakan dalam  30 jam pelajaran per minggu. Guru BP harus mengetahui setiap siswa dalam kelas-kelas yang dipercayakan menjadi bimbingannya mengenai berapa hari siswa tertentu sudah tidak hadir sekolah, mencari tahu mengapa tidak hadir di sekolah. Siapa yang berpacaran dengan siapa, membuat analisa penjurusan dan gejala narkoba, merekap absensi siswa menjelang pengisian raport, dan sebagainya.
Dalam implementasi MBS, kepala sekolah merupakan “the key person” keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Ia adalah orang yang diberi tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan berbagai potensi masyarakat serta orang tua untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah. Oleh karena itu dalam implementasi MBS kepala sekolah harus memiliki visi, misi, dan wawasan yang luas tentang sekolah yang efektif serta kemampuan profesional dalam mewujudkannya melalui perencanaan, kepemimpinan, manjerial, dan supervisi pendidikan. Ia juga dituntut untuk menjalin kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait dengan program pendidikan di sekolah. Singkatnya, dalam implementasi MBS kepala sekolah harus mampu berperan sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator pendidikan (EMASLIM)
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Akhirnya dari pembahasan di atas maka, penulis akan menyimpulkan, antara lain:
1.      Bahwa kepala sekolah selaku educator memiliki fungsi subtansi yaitu menciptakan siswa yang intelektual.
2.      Kepala sekolah selaku educator juga mendidik dari berbagai jenis kalangan utamanya yang berada di lingkungan sekolah seperti guru dan karyawan.
3.      Selaku kepala sekolah, tugas dan tanggungjawab akan sangat menjadi beban yang begitu berat namun itulah tanggungjawab yang sesungguhnya dari seorang kepala sekolah yang konsisten terhadap tugasnya.

B.     Saran
Penulis berharap agar makalah ini setidaknya memberikan manfaat yang besar terhadap pengembangan guru dan calon kepala sekolah agar nantinya makalah ini dapat menjadi pedoman dalam melaksanakan tugas sebagai kepala sekolah.







DAFTAR PUSTAKA
Dep. P dan K, Kurikulum, Usaha Perbaikan Dalam Bidang Pendidikan Dan Administrasi Pendidikan,tahun III pelita,1971/1972

Prajudi Atmosudirjo, Dr.sondang P, Filsafat Administrasi, Cetakan ke-2, Gunung Agung. jakarta,1971

Sutarto. Drs,Dasar-Dasaar Kepemimpinan Administrasi. Gajah Mada UNIVERSITAS Press, Yogyakarta 1986














DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Rumusan masalah
C.    Tujuan penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Tugas kepala sekolah selaku educator
1.      Mengajar di kelas
2.      Memberikan bimbingan kepada guru
3.      Memberikan bimbingan kepada karyawan
4.      Memberikan bimbingan kepada siswa
5.      Mengembangkan staf
6.      Mengikuti perkembangan iptek
7.      Member contoh bimbngan konseling atau karir
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
            Di dalam penyelenggaraan pendidikan agar senantiasa menjadi sebuah pendidikan yang humanism dan professional maka perlu sebuah alat yang mampu mendobrak motifasi dan keinginan agar senantiasa tercipta seorang guru yang berkualitas dan kompetensi di bidang pengejaran. Salah satu harapan yang menjadi pendobrak tersebut adalah bagaimana seorang kepala sekolah mampu menerapkan metode-metodenya di dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya di dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
            Penyelenggaraan tersebut menjadi sebuah tanggungjawab yang besar terhadap individu yaitu kepala sekolah yang salah satu tugas dan peranannya adalah selaku educator di dalam proses pendidikan. Di dalam makalah ini akan dijelaskan tentang berbagai macam tugas kepala sekolah selaku educator yaitu seorang pendidik yang tentunya bukan hanya siswa yang di didik akan tetapi juga keseluruhan objek yang berada di lingkungan sekolah.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu seperti apakah tugas kepala sekolah selaku educator?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui tugas peranan kepala sekolah selaku educator.
KATA PENGANTAR
           
            Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt. Karna atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga manusia di muka bumi ini masih di berikan kesempatan untuk berbuat kebajikan di dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Salawat pula senantiasa tercurah kepada baginda Muhammad saw seorang nabi, rasul, sekaligus pemimpin ummat islam yang kepemimpinannya bukan hanya diakui oleh ummat islam akan tetapi di akui oleh seluruh ummat non islam yang telah membawa kita dari jalan kesesatan menuju jalan kebenaran.
            Ucapan terima ksih kepada seluruh mahasiswa STAI Al-Gazali Bone yang turut membantu penulis untuk menyusun makalah ini terlebih lagi terkhusus kepada dosen pembimbing yang senantiasa melatih dan membimbing kami untuk menjadikan kami seorang mahasiswa yang insyaallah berguna bagi nusa dan bangsa.
            Ucapan maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh pembaca makalah ini apabila ada kesalahan di dalam penulisan makalah ini, penulis mengharapakan agar kiranya memberikan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama lagi bagi penulis sendiri.
Watampone, 02 November 2010
Penulis





TUGAS KEPALA SEKOLAH SELAKU EDUKATOR
MAKALAH





Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Administrasi Pendidikan
Pada Jurusan Tarbiyah (PGRA)
Oleh
KELOMPOK I
NUR ALAM            : 09.31.020
A.ASRIANI             : 09.31. 018
BERLIAN                : 09.31.024


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI) AL-GAZALI BONE
TAHUN AKADEMIK  2010


Makalah Dakwah Rosulullah Muhammad SAW

4:57:00 AM 0



KATA PENGANTAR

Syukur yang tak terhingga penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena hanya atas berkat rahmat dan hidayahnyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini merupakan salah satu tujuan pokok meningkatkan pengetahuan para pengajar untuk meningkatkan kualitas pengetahuan dan wawasan mahasiswa tengtang menyampaiakan dakwah pengajaran. Perlu diketahui bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak serta rekan-rekan kami yang membangun karena penulis hanyalah manusia biasa yang penuh kekurangan karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT.
Akhirnya sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan , penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila pada penyusunan makalah ini kurang berkenan di hati para pembaca.



Penulis








DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR                                                                                                   i
DAFTAR ISI                                                                                                                  ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang                                                                                               1
B.     Rumusan Masalah......................................................................................... 1
C.     Tujuan                                                                                                            2
BABA II PEMBAHASAN
A.    Definisi Da’wah         .................................................................................. 4
B.     Cara Rasulullah Menyampaikan Da’wah.................................................... 8
C.     Prinsip Da’wah Rasulullah.......................................................................... 12
D.    Kaidah – Kaidah Da’wah Rasulullah........................................................... 16
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan                                                                                                   17
B.     Saran                                                                                                             17
DAFTAR PUSTAKA








DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Abu, Bakar, 1998, Hadist Tarbawi 3, Surabaya: Karya Aditama.
khalid al-‘am, Najib, 2002, mendidik cara Nabi SAW. ,Bandung : Pustaka Hidayah
CD-Rom : Al-Hadist Asy-Syarif :1991-1997, kutubut tis’ah, versi 2 (2000), Global Islamic Software Company.
Amahzun, Muhammad, Manhaj Dakwah Rasulullah (Manhajun Nabiyy fid Da’wah min Khilalis Sirah ash-Shahihah: al-Ma’rifah, at-Tarbiyah, ath-Thakhthith, at-Tanzhim), terj. Anis Maftukhin dan Nandang Burhanuddin, Jakarta: Qisthi Press, 2004.
Buthy, Al-, Muhammad Sa’id Ramadhan, Sirah Nabawiyah (Fiqhus Sirah), terj. Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Jakarta: Robbani Press, 2002.
Jada, Al-, Ahmad, Meneladani Kecerdasan Emosi Nabi (Wallahu Ya’shimuka Minannas) terj. Abdurrahim Ahmad, Jakarta: Pustaka Inti, 2004.
Mubarakfuri, Al-, Syaikh Shafiyur Rahman, Sejarah Hidup Muhammad; Sirah Nabawiyah (ar-Rahiq al-Makhutum Bahtsun fi as-Sirah an-Nabawiyah ‘ala Shahibiha afdhal as-Shalat was-Salam), terj. Rahmat, Jakarta: Robbani Press, 2002.



BAB I
PENDAHULUAN
A.       LATAR BELAKANG
Dalam menyampaikan hadist-hadist tentang berdakwa atau tata cara berdakwa, ada beberapa strategi yang harus di lakukan mengenai sasaran-sasaran dakwah. di antaranya metode-metode mauidhoh hasanah, metode ta’lim dan taqdim, metode hikayah dan metode khal. Dan yang akan kita bahas kali ini adalah metode hikayah, yaitu suatu metode yang isinya tentang cerita-cerita yang bisa menjadi contoh bagi kita agar kita bersikap atau meniru cara-cara penyampaian yang di lakukan oleh rasulullah Saw.

B.       RUMUSAN MASALAH
 Adapun rumusan masalah berdasarkan dari latar belakang antara lain:
1.       Jelaskan Definisi Da’wah !
2.       Bagaimana Rasulullah menyampaikan da’wahnya?
3.      Jelaskan Prinsip Da’wah Rasulullah SAW !
4.      Jelaskan Kaidah – Kaidah Da’wah Rasulullah SAW !






C.    TUJUAN
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain :
1.      Untuk mengetahui tujuan da’wah serta pngajarannya
2.      Untuk mengetahui cerita-cerita tentang dakwah dalam hadist pada masa Nabi muhammad.
3.      Untuk mengetahui definisi Da’wah secara umum.
4.      Untuk mengetahui Prinsip – prinsip da’wah Rasulullah Saw.
















BAB II
PEMBAHASAN
DA’WAH PENGAJARAN
A.    DEFINISI DA’WAH

     Dakwah adalah panggilan atau seruan bagi umat manusia menuju jalan Allah (Q.S. Yusuf : 108). Yaitu jalan menuju Islam. Q.S. Ali Imran : 19. Dakwah Adalah Segalanya Secara bahasa, kata dakwah sebagai bentuk mashdar dari kata da’a (fi’il madhi) dan yad’u (fi’il mudhari’) yang artinya memanggil (to call), mengundang ( to invite), mengajak (to summer), menyeru (to propo), mendorong (to urge) dan me-mohon (to pray) (Warson Munawir, 1994:439). Da’wah dalam pengertian ini dapat dijum-pai dalam Al Qur’an yaitu pada surat Yusuf :33 dan Surat Yunus:25.

Memandang fungsi kerisalahan dakwah, maka Islam tidak lain merupakan sumber nilai. Dengan demikian dakwah lebih merupakan suatu proses alih nilai (transfer of value/ yang dikembangkan dalam rangka perubahan perilaku. Hal ini dakwah berarti upaya mengembangkan obyek dakwah untuk menjadi manusia masa depan yang lebih lengkap dalam dimensi keberagmaanya. Dakwah adalah suatu proses pengkondisian agar obyek dakwah lebih mengetahui, memahami, mengimani dan mengamalkan Islam sebagai pandangan dan pedoman hidupnya. Dengan ungkapan lain, hakekat dakwah adalah suatu upaya untuk merubah suatu keadaan menjadi keadaan lain yang lebih baik menurut tolak ukur ajaran Islam. Ini berarti upaya menumbuhkan kesadaran dari dalam pada diri obyek dakwah. Suatu kesadaran yang memungkinkan obyek dakwah mempunyai persepsi cukup memadai tentang Islam sebagai sumber nilai dalam hidupnya dan yang dapat juga menumbuhkan "kekuatan kemauan" dalam dirinya untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Islam tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan pengertian tersebut diatas, maka dakwah dapat dipandang sebagai proses komunikasi dan proses perubahan sosial. Dakwah sebagai proses komunikasi karena pada tingkat (obyek) individual, kegiatan dakwah tidak lain adalah suatu kegiatan komunikasi, yaitu kegiatan menyampaikan pesan dari komunikator (da'i) kepada komunikan (obyek dakwah) dengan melalui media tuntutan, agar terjadi perubahan pada diri komunikan. Perubaha-perubahan tersebut meliputi pemahaman (pengetahuan) sikap dan tindakan individu.
        Dengan demikian dalam termonologi agama, perubahan terjadi, akan menyangkut aspek aqidah, (iman), akhlak, ibadah dan mu'amalah (amalan). Perubahan tersebut dimungkinkan oleh karena terjadinya perubahan nilai yang secara aktual dianut oleh seseorang. Dakwah juga merupakan perubahan sosial, oleh karena perubahan nilai di atas juga terjadi pada tingkat masyarakat. Pada tingkat komunitas ini, proses perubahan nilai dimungkinkan akibat interatau seruan bagi umat manusia menuju Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Hadist di atas memiliki kaitan dengan ayat ayat alqura yang lain
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (al fushshilat, 41:33)

Orang yang paling baik adalah orang yang masih belajar kemudian mengajarkan serta mau pengamalkannya apa yang di pelajarinya. Orang ayng seperti ini lah oeang yang paling mulia di antara manusia yang lain bahkan kemuliaannya dapat penghargaan dari penghuni langit dan bumi. Namun sebagai pendidik ia juga harus memiliki keahlian dalam bidangnya agar tidak mengantarkan pada kehancuran. Di samping itu ia juga harus konsekwen dengan apa yang di ajarkan, yakni mampu untuk melaksanakannya atau mengajarkannya.

Secara istilah pengertian da’wah di-maknai dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan kesela-matan dunia dan akhirat. M. Syafaat Habib mengemukakan tujuan dakwah adalah berupaya untuk melahirkan dan membentuk pribadi atau masyarakat yang berakhlak atau bermoral Islam. Lebih jauh lagi Syeck Ali Mahfudz berpendapat bahwa tujuan dakwah adalah mendorong manusia untuk menerapkan perintah agama dan meninggalkan larangan-Nya supaya manusia mampu mewujudkan kehidupan bahagia di dunia dan di akherat. Sementara Didin Hafiduddin menegaskan tujuan dakwah adalah untuk mengubah masyarakat sebagai sasaran dakwah ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera lahiriah maupun bathiniah.
Dalam hal tujuan dakwah Asmuni Syukii membagi tujuan dakwah ke dalam dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

a.       Tujuan Umum (mayor objektive)
Tujuan umum dakwah adalah mengajak ummat manusia meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik kepada jalan yang benar dan diredhai Allah Swt. agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam dataran kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi, maupun sosial kemasyarakatan agar mendapat kehidupan di dunia dan di akherat.
b.      Tujuan Khusus (minor objektive)
v  Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini di maksudkan agar dalam pelaksanaan aktifitas dakwah dapat di ketahui arahnya secara jelas, maupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah dan media apa yang dipergunakan agar tidak terjadi miss komunikasi antara pelaksana dakwah dengan audience (penerima dakwah) yang hanya di sebabkan karena masih umumnya tujuan yang hendak dicapai.
Olehnya itu tujuan umum masih perlu diterjemahkan atau di klasifikasi lagi menjadi tujuan khusus, sehingga lebih memperjelas maksud kandungan tujuan khusus tersebut adalah :
v  Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah Swt. Artinya mereka diharapkan agar senantiasa mengerjakan segala perintah Allah Swt, dan selalu mencegah atau meninggalkan perkara yang dilarangnya seperti yang terkandung dalam al-Qur’an surat al- Maidah (5) ayat 2 ;
 يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَائِدَ وَلَا ءَامِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنْ رَبِّهِمْ وَرِضْوَانًا وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَنْ صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَنْ تَعْتَدُوا وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Terjemahnya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya dan binatang-binatang qalaa-id dan jangan (pula) mengganggu orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka lekaslah berburu. Janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
v  Membina mental agama Islam bagi mereka yang masih mengkwatirkan tentang keislaman dan keimanannya (orang mukallaf), seperi yang terdapat dalam Q.S. (2) : ayat 286 ; لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Terjemahnya :
Allah tidak membebani seorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang di usahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya, (mereka berdo’a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa dan kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.
v  Mengajar dan mendidik anak agar tidak menyimpan dari fitrahnya. Tujuan ini didasarkan pada al-Qur’an surat ar-Ruum (30) ayat 30
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Terjemahnya :
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah) ;(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
v  Meskipun definisi tentang tujuan dakwah bervariasi, namun pada hakekatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang dimanifistasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman, dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur, untuk mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual serta kultural dalam rangka kehidupan manusia, dengan menggunakan cara tertentu.
Dengan demikian, dari semua tujuan - tujuan tersebut di atas, merupakan penunjang daripada tujuan akhir aktifitas dakwah. Tujuan akhir ini aktifitas dakwah adalah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan manusia lahir dan bathin di dunia dan di akherat nanti.
Beberapa hadits tentang dakwah dan pengajaran serta tujuannya yaitu diantara ayat – ayat al – Qur’an yang menjelaskan tentang dakwah dan pengajaran itu, adalah sebagai berikut :


Artinya:
“Dan hendaklah ada diantara kamu sekian segolongan umat yang mengajak pada kebajikan yang menyuruh pada makruf, dan mencegah orang dari kemungkaran. Dan mereka itulah orang – orang yang beruntung.”
(Q.S. Aali Imran: 104).



“ Abu Ja’far Al-Baqira berkata: ‘bahwa setelah Rasulullah saw. Membaca: hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang mengajak pada kebajikan. Kemudian beliau bersabda: kebajikan (kebaikan) itu, kepatuhan mengikuti al-Qur’an dan sunnahku’.”

B.     CARA RASULULLAH MENYAMPAIKAN DA’WAH
1.      Da’wah Secara Rahasia (Sirriyatud Da’wah)
Nabi mulai menyambut perintah Allah dengan mengajak manusia untuk menyembah Allah semata dan meninggalkan berhala. Tetapi da’wah Nabi ini dilakukannya secara rahasia untuk menghindari tindakan buruk orang-orang Quraisy yang fanatik terhadap kemusyrikan dan paganismenya. Nabi saw tidak menampakan da’wah di majelis-majelis umum orang-orang Quraisy, dan tidak melakukan da’wah kecuali kepada orang-orang yang memiliki hubungan kerabat atau kenal baik sebelumnya. Orang-orang pertama kali masuk Islam ialah Khadijah binti Khuwailid ra, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah mantan budak Rasulullah saw dan anak angkatnya, Abu bakar bin Abi Quhafah, Utsaman bin Affan, Zubair bin Awwan, Abdur-Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan lainnya. Mereka ini bertemu dengan Nabi secara rahasia. Apabila diantara mereka ingin melaksanakan salah satu ibadah, ia pergi ke lorong-lorong Mekah seraya bersembunyi dari pandangan orang Quraisy. Ketika orang-orang yang menganut Islam lebih dari tiga puluh lelaki dan wanita, Rasulullah memilih rumah salah seseorang dari mereka, yaitu rumah al-Arqam bin Abil Arqam, sebagai tempat pertama untuk mengadakan pembinaan dan pengajaran. Da’wah pada tahap ini menghasilkan sekitar empat puluh lelaki dan wanita telah menganut Islam. Kebanyakan mereka adalah orang-orang fakir, kaum budak dan orang-orang Quraisy yang tidak memiliki kedudukan.  Dakwah Islam dimulai di Mekah dengan cara sembunyi-sembunyi. Dan Ibnu Ishaq menyebutkan, dakwah dengan cara ini berjalan selama tiga tahun.  Demikian pula dengan Abu Naim: ia mengatakan dakwah tertutup ini berjalan selama tiga tahun.
2.      Da’wah Secara Terang-terangan (Jahriyatud Da’wah)
Ibnu Hisyam berkata: kemudian secara berturut-turut manusia, wanita dan lelaki, memeluk Islam, sehingga berita Islam telah tersiar di Mekah dan menjadi bahan pembicaraan orang. Lalu Allah memerintahkan Rasul-Nya menyampaikan Islam dan mengajak kepadanya secara terang-terangan, setelah selama tiga tahun Rasulullah saw melakukan da’wah secara tersembunyi, kemudian Allah berfirman kepadanya
“Maka siarkanlah apa yang diperintahkan kepdamu dan janganlah kamu pedulikan orang musyrik.” (al-Hijr : 94)
“Dan berilah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.” (Asy-Syu’ara: 214-215)
Dan katakanlah, “sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan.” (al-Hijr: 89)
Pada waktu itu pula Rasulullah saw segera melaksanakan perintah Allah, kemudian menyambut perintah Allah, “Maka siarkanlah apa yang diperintahkan kepadamu dan janganlah kamu pedulikan orang-orang musyrik” dengan pergi ke atas bukit Shafa lalu memanggil, “Wahai Bani Fihir, wahai Bani ‘Adi,“ sehingga mereka berkumpul dan orang yang tidak bisa hadir  mengirimkan orang untuk melihat apa yang terjadi. Maka Nabi saw berkata, “Bagaimanakah pendapatmu jika aku kabarkan bahwa di belakang gunung ini ada sepasukan kuda musuh yang datang akan menyerangmu, apakah kamu mempercayaiku?”Jawab mereka, “Ya, kami belum pernah melihat kamu berdusta. “ kata Nabi, “Ketahuilah, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan kepada kalian dari sisksa pedih.” Kemudian Abu lahab memprotes, “Sungguh celaka kamu sepanjang hari, hanya untuk inikah kamu mengumpulkan kami. “Lalu turunlah firman Allah:
”Binasalah kedua belah tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa.”
Kemudian Rasulullah saw turun dan melaksanakan firman Allah, ”Dan berilah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat” dengan mengumpulkan semua keluarga dan kerabatnya, lalu berkata kepada mereka, “Wahai Bani Ka’b bin Lu’ai, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai Bani Murrah bin Ka’b, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai Bani Abdi Syams, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai Bani Abdul Muthalib, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai Fatimah, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Sesungguhnya aku tidak bisa dapat membela kalian di hadapan Allah, selain bahwa kalian mempunyai tali kekeluargaan yang akan aku sambung dengan hubungannya.”
Da’wah Nabi saw secara terang-terangan ini ditentang dan ditolak oleh bangsa Quarisy, dengan alasan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan  agama yang telah mereka warisi dari nenek moyang mereka, dan sudah menjadi bagian dari tradisi kehidupan mereka. Pada saat itulah Rasullulah mengingatkan mereka akan perlunya membebaskan pikiran dan akal mereka dari belenggu taqlid. Selanjutnya di jelaskan oleh Nabi saw bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah itu tidak dapat memberi faidah atau bahaya sama sekali. Dan, bahwa turun-temurunya nenek moyang mereka dalam menyembah  tuhan-tuhan itu tidak dapat dijadikan alasan untuk mengikuti mereka secara taqlid buta. Firman Allah menggambarkan mereka:
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,”mereka menjawab,”(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.” (Apakah mereka akan mengikuti juga,) walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu pun, dan tidak mendapat petunjuk? (al-Baqarah: 170)
Ketika Nabi saw mencela tuhan mereka, membodohkan mimpi mereka, dan mengecam tindakan taqlid buta kepada nenek moyang mereka dalam menyembah berhala, mereka menentang dan sepakat untuk memusuhinya, kecuali pamannya, Abu Thalib, yang membelanya.
C.    PERINSIP DA’WAH RASULULLAH
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa prinsip dakwah Rasulullah saw, yaitu sebagai berikut:
1.         Mengetahui medan (mad’u) melalui penelitian dan perenungan.
2.         Melalui perncanaan pembinaan, pendidikan, dan pengembangan serta pembangunan masyarakat.
3.         Bertahap, diawali dengan cara diam-diam (marhalah sirriyah), kemudian cara terbuka (marhalah  alaniyyah). Diawali dari keluarga dan teman terdekat, kemudian masyarakat secara umum.
4.         Melalui cara dan strategi hijrah, yakni menghindari siutasi yang negative untuk menguasai suasana yang lebih positif.
5.         Melalui syiar dan pranata Islam, antara lain melalui khotbah, adzan, iqamah, dan shalat berjamaah, ta’awun, zakat, dan sebagainya.
6.         Melalui musyawarah dan kerja sama, perjanjian dengan masyarakat sekitar, seperti dengan Bani Nadhir, Bani Quraidzah, dan Bani Qainuqa.
7.         Melalui cara dan tindakan yang akomodatif, toleran, dan saling menghargai.
8.         Melalui nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan, dan demokratis.
9.         Menggunakan bahasa kaumnya, melalui kadar kemampuan pemikiran masyarakat (ala qadri uqulihim).
10.     Melalui surat. Sebagaimana yang telah dikirim ke raja-raja berpengaruh pada waktu itu, seperti pada Heraklius.
11.     Melalui uswah hasanah dan syuhada ala an-nas, dan melalui peringatan, dorongan dan motivasi (tarhib wa targhib). 
12.     Melalui Kelembutan dan pengampunan. Seperti pada peristiwa Fathul Mekah disaksikan para pemimpin kafir Quraisy sambil memendam kemarahan dan kebencian. Begitu pula isi hati Fadhalah, yang begitu dalam kebenciaanya kepada Rasulullah sehingga ingin membunuhnya. Tanpa ia duga, Rasulullah mengetahui suara hatinya tersebut. ketika ditegur dengan lembut, fadhalah menjadi ketakutan dan mencoba berbohong untuk membela diri. Tetapi Rasulullah tidak marah, bahkan melempar dengan senyumnya. Seketika Fadhalah terpesona dengan reaksi orang yang hendak dibunuhnyatersebut. Ia yang berada dalam puncak ketakutan merasakan kelegaan luar biasa. Tumbuh simpatinya dan kebenciannya mulai surut. Hatinya benar-benar berbalik ketika Rasulullah meletakan tangan kanan tepat di dadanya. Sentuhan fisik refleksi dari kasih sayang Rasulullah ini benar-benar mengharubiru perasaan Fadhalah. Kedengkian dan kebenciaan berubah menjadi kecintaan yang mendalam. 
D.    KAIDAH-KAIDAH DA’WAH RASULULLAH
Dari prinsip dan langkah-langkah perjuangan  Rasulullah saw di atas, dapat diturunkan kaidah-kaidah dakwah Rasulullah saw sebagai berikut:
a.         Tauhidullah, yakni sikap mengesakan Allah dengan sepenuh hati, tidak menyekutukan-Nya, hanya mengabdi, memohon, dan meminta pertolongan kepada Allah SWT. Sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta. Kaidah ini bertujuan untuk membersihkan akidah (tathir al-i’tiqad) masyrakat dari berbagai macam khurajat dan kepercayaan yang keliru, menuju satu landasan, motivasi, tujuan hidup dan kehidupan dari Allah dan dalam ajaran Allah menuju mardhatillah (min al-Lah, fi al-Allah, dan ila Allah).
b.         Ukhuwah Islamiah, yakni sikap persaudaraan antarsesama muslim karena adanya kesatuan akidah, pegangan hidup, pandangan hidup, sistim sosial, dan peradaban sehingga terjalinlah kesatuan hati dan jiwa yang melahirkan persaudaraan yang erat dan mesra, dan terjalin pula kasih sayang, perasaan senasib sepenanggungan, serta memperhatikan kepentingan orang lain, seperti mementingkan kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, terhindar dari sikap individualisme, fanatisme golongan, fir’aunisme, materialisme, dan dari segala penyakit jiwa lainnya.
c.         Muswah, yakni sikap persamaan antar sesama manusia, tidak arogan, tidak saling merendahkan dan meremehkan orang lain, tidak saling mengaku paling tinggi. Ini karena perbedaan dan penghargaan di sisi Allah adalah dilihat prestasi pengabdian dan ketakwaannya.
d.         Musyawarah, yakni sikap kompromis dan menghargai pendapat orang lain, tidak menonjolkan kepentingan kelompok, memperhatikan kepentingan bersama untuk meraih kemaslahatan dan kebaikan bersama. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah saw, antara lain di Madinh, yaitu dengan munculnya Piagam Madinah. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Ali-Imran: 159, Q.S. Asu’ara: 38.
e.         Ta’awun, yakni sikap gotong-royong, saling membantu, kebersamaan dalam menghadapi persoalan dan tolong-menolong dalam hal-hal kebaikan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Al-Maidah: 2, Q.S. At-Taubah: 71, q.s. Al-Anfal: 46.
f.          Takaful al-ijtima, yakni sikap pertanggungjawaban bersama senasib sepenanggungan, kebersamaan dan sikap solidaritas sosial. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. At-Tahrim: 6, Q.S. Al-Baqarah:195.
g.          Jihad dan Ijtihad, yakni sikap dan semangat kesungguh-sungguhan, serius menunjukan etos kerja yang tinggi, kreatif, inovatif dalam penyelesaian yang dihadapi. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Ash-Shaff: 4, 10-13.
h.         Fastahiq al-khayrat, yakni sikap dan semangat berlomba-lomba dalam kebaikan, pada berbagai lapangan hidup dan kehidupan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Ali-Imran: 114, Q.S. Al-Mu’minun: 57,61, Q.S. Al-Hadid: 21.
i.           Tasamuh, yakni silap toleransi, tenggang rasa, tidak memaksakan kehendak, mengikuti dan melaksanakan sesuatu dengan landasan ilmu, saling menghargai perbedaan pandangan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Az-Zumar: 18, Q.S. Al-Baqarah: 256, Q.S. Al-Ankabut: 46, Q.S. An-Nahl: 125, 109, 1-6.
j.           Istiqamah, yakni sikap dan semangat berdisiplin, tidak goyah, berjalan terus di atas ajaran yang benar dengan penuh kesabaran. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain Q.S. Fushshilat: 6, 30, 32, Q.S. Al-Ahqaff: 13-14, Q.S. Asy-Syu’ara: 13-15.


BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat di ambil kesimpulan:
1.     persamaan hak antara laki-laki dan perempuan harus di sejajarkan karena Ilmu pengetahuan merupakan hal yang vital demi mencapai kehidupan bahagia dunia dan ahirat. Kewajiban perempuan untuk menuntut ilmu pengetahuan itu seperti para laki-laki. Bahkan dalam penyebaran Ilmu pengetahuan laki-laki dan perempuan itu sama yang membedakan di sisi Allah SWT. Hanyalah kadar ketaqwaan hamba semata.
2.    Hadist di atas terjadi ketika nabi Muhammad mengutus sahabat mu’adz bin jabal untuk berdakwa di yaman pada tahun 10 hijriyah, menjelang haji wada’, di mana sekitar empat bulan lagi beliau wafat. Mu’adz tidak di tugaskan untuk tidak mengajarkan agama islam secara sekaligus, melainkan secara bertahap dan tanpa adanya paksaan.
3.    Hadist ini termasuk hadist yang sohih atau marfu’ ilan nabi karena setiap perowinya di kenal sebagai orang yang tsiqoh namun ada sebagian ulama mngomentari terhadap Muhammad bin fulaih, menurut yahya bin muayyan fulaih bukan orang stiqoh
B.       SARAN
*        Dalam berdakwa, kita di wajibkan untuk mengetahui metode-metode atau cara-cara dalam berdakwa, sehingga kita dapat mengerti dan melaksanakan metode-metode yang telah kita pelajari.