MAZHAB HAMBALI
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Tugas PadaMata KuliahMetodelogiStudi IslamJurusan SyariahProgram Hukum Tata Negara (HTN5)
Semester 2
Oleh :
ASTITI
01154133
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
WATAMPONE
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, tiada kata yang
paling indah diucapkan kecuali puji dan syukur kehadirat ilahi rabby, karena
atas limpahan rahmat dan Taufik-Nya jualah sehingga penyusun dapat merangkum
tugas makalah ini walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana.
Selanjutnya
shalawat dan taslim tak lupa penyusun kirimkan atas junjungan Nabi Muhammad
SAW, Nabi yang telah membebaskan umatnya dari belenggu kejahilan menuju
ketingkat intelektual.
Dalam
penyusunan makalah ini, banyak hambatan dan kesulitan yang ditemui oleh
penulis, sejak tahap penyelesaian, namun berkat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak sehingga tugas ini dapat terselesaikan sesuai dangan waktu yang
ditemukan. Karena itu, sepatutnya jika pada kesempatan ini penyusun
menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuanya.
Akhirnya,
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
dijadikan sebagai referensi untuk pembuatan makalah selanjutnya. Kritik dan
saran penyusun harapkan dari pembaca demi perbaikan makalah dimasa yang akan
datang.
Watampone, 21
Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang 1
B.
Rumusan
Masalah 1
C.
Tujuan
Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Sejarah perkembanga Mazhab Hambali 3
B.
Pendiri Mazhab Hambali 4
C.
Ajaran Pokok Mazhab Hambali 5
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan
7
B.
Saran
7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Belakangan ini penelitian tentang sejarah fiqih
Islam mulai dirasakan penting. Paling tidak, karena pertumbuhan dan
perkembangan fiqih menunjukkan pada suatu dinamika pemikiran keagamaan itu
sendiri. Hal tersebut merupakan persoalan yang tidak pernah usai di manapun dan
kapanpun, terutama dalam masyarakat-masyarakat agama yang sedang mengalami
modernisasi. perkembangan fiqih secara sungguh-sungguh telah melahirkan
pemikiran Islam bagi karakterisitik perkembangan Islam itu sendiri.
Kehadiran fiqih ternyata mengiringi pasang-surut
Islam, dan bahkan secara amat dominan abad pertengahan mewarnai dan memberi
corak bagi perkembangan Islam dari masa ke masa. Karena itulah, kajian-kajian
mendalam tentang masalah kesejahteraan fiqih tidak semata-mata bernilai
historis, tetapi dengan sendirinya menawarkan kemungkinan baru bagi
perkembangan Islam berikutnya.
B.
Rumusan
Masalah
Mengacu
pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka diajukan rumusan
masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana sejarah perkembangan Mazhab Hambali ?
2.
Siapa Pendiri Mazhab Hambali ?
3.
Apa Ajaran Pokok Mazhab Hambali ?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah yang disusun oleh penulis di atas, maka tujuan dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Supaya kita mengetahui sejarah perkembangan Mazhab Hambali ?
2.
Agar kita Pendiri Mazhab Hambali ?
3.
Supaya kita mengetahui Ajaran Pokok Mazhab Hambali ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Perkembangan
Pada awalnya madzhab Hanbali hanya
berkembang di Baghdad. Baru pada abad ke-6 H, madzhab ini berkembang di Mesir.
Perkembangan pesat terjadi pada abad ke-11 dan ke-12 H, berkat usaha Ibnu
Taimiyyah (w. 728 H) dan Ibnu Qayyim (w. 751 H). Kedua tokoh inilah yang
membuka mata banyak orang untuk memberikan perhatian pada fikih madzhab
Hanbali, khususnya dalam bidang muamalah. Kini, madzhab tersebut banyak dianut
umat Islam di kawasan Timur Tengah.
Perkembangan Mazhab di
Indonesia berkembang dipengaruh oleh para pedagang dan para mubaligh Arab yang
menyiarkan ajaran Islam, sehingga Indonesia (Pasai) yang menjadi tempat
persinggahan para pedagang Arab dan India, juga berfaha. Kemudian pada
perkembangan selanjutnya, paham Hambali banyak berkembang di seluruh pelosok
Indonesia yang dibawakan oleh para ulama-ulama yang berpedoman kepada mazhab Hambali.
Nama bagi pengasas Imam
Hanbali ialah Ahmad Bin Mohamad Bin Hanbal. Lahir di bandar Baghdad pada tahun
164 hijrah. Ibnu Hanbal adalah dari keluarga miskin, kerana bapanya tidak
meninggalkan di waktu matinya melainkan sebuah rumah yang kecil yang
didiaminya. Untuk menampung kehidupannya, belaiu terpaksa bekerja di kedai
jahit untuk mengambil upah.
Ibnu Hanbal menuntut ilmu
sepanjang hayatnya. Beliau tetap mempelajari hadith sehingga beliau menjadi
seorang imam, orang pernah berkata kepadanya: "Sampai bilakah engkau nak
menuntut ilmu? Padahal engkau sudah mencapai darjat paling tinggi dan engkau
telah menjadi imam bagi seluruh umat Islam?" Imam Ibnu Hanbal menjawab:
"Aku menuntut ilmu dari hujung dunia hinggalah ke pintu kubur."
Memang benar beliau tidak pernah jemu menuntut ilmu sepanjang hayatnya. Imam
Syafie adalah salah seorang dari guru Ahmad Bin Hanbal. Ibnu Hanbal bertemu
Imam Syafie semasa di Hijaz, sewaktu beliau menunaikan fardu haji, Imam Syafie
mengajar di Masjidil Haram. Ibnu Hanbal mempelajari daripadanya, kemudian
mereka bertemu pula pada kali kedua di Baghdad, Imam Syafie menasihatinya
supaya beliau mengikutnya ke Mesir. Imam Ibnu Hanbal bercadang mengikutinya
tetapi niatnya tak sampai.
B.
Pendiri
Pendiri Mazhab Hambali
adalah Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal Al-Syaibani. Beliau
dilahirkan di Baghdad pada bulan Rabiul Awal tahun 164 H (780M).[1]
Ahmad bin Hambal dibesarkan
dalam keadaan yatim oleh ibunya, karena ayahnya meninggal ketika beliau masih bayi.
Sejak kecil beliau telah menunjukkan sifat dan pribadi yang mulia sehingga
menarik simpati banyak orang. Dan sejak kecil itu pula beliau telah menunjukkan
minaat yang besar kepada ilmju pengetahuan, kebetulan pada saat itu Baghdad
nerupakan kota pusat ilmu pengetahuan. Beliau memulai dengan belajar menghagfal
Al-Quran, kemudian belajar Bahasa Arab, Hadits, sejarah para Nabi dan sahabat
serta thabi’in.[2]
Untuk memperdalam ilmu,
beliau pergi ke Basrah untuk beberapa kalinya, disanalah beliau bertemu dengan
Imam Syafi’i. beliau juga pergi menuntut ilmu ke Yaman dan Mesir.
Pada masa pemerintahan
Al-Muktasim sampai khalifah Abbasiyah beliau sempat dipenjara, karena
sependapat dengan opini yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. Beliau
dibebaskan pada masa khalifah Al-Mutawakkil.
Imam Aahmad Hambali wafat di
Baghdad pada usia 77 tahun, atau tepatnya pada tahun 241 H (855 M) pada masa
pemerintahan khalifah Al-Wathiq. Sepeninggal beliau, mazhab Hambali berkembang
luas dan menjadi salah satu mazhab yang memiliki banyak penganut.[31]
C.
Pokok-Pokok Ajaran
Imam Ahmad mendirikan mazhabnya atas lima dasar poko sebagai berikut.
a. Nash Alquran dan Sunnah. Jika ia
menemukan nash maka ia akan menggunakannya dalam berfatwa dan tidak melirik
yang lain, tidak mendahulukan pendapat sahabat daripada hadis yang shahih, atau
amalan penduduk Madinah atau yang lainnya.
b. Fatwa sahabat yang tidak ada
pernentangnya, dan tidak menamakannya sebagai ijma’, namun beliau menamakannya
karena wara’ “saya tidak menemukan ada yang menentangnya.
c. Jika para sahabat berbeda pendapat maka
beliau akan memilih salah satunya jika sesuai dengan Alquran dan sunnah, dan
tidak mencari pendapat orang lain.
d. Menggunakan hadis mursal dan hadist
dhaif jika tidak ada dalil lain yang
menguatkannya dan didahulukan daripada qiyas.
e. Qiyas, jika tidak ada nash dari Alquran
dan sunnah, atu pendapat sahabt atau hadis mursal atau hadis dhaif maka ia baru
mengambil qiyas.
Salah satu juga pokok ajaran dalam mazhab hambali
ialah Wajib membaca Al-fatihah pada setiap
rakaat, dan sesudahnya disunahkan membaca surat Al-Qur’an pada dua rakaat yang
pertama. Dan pada sholat subuh, serta dua rakaat pertama pada sholat magrib dan
isya’ disunahkan membacanya ddengan nayring. Basmalah merupakan bagian dari
surat, tetapi cara membacanya harus pelan-pelan dan tidak boleh dengan keras.
Qunut
hanya pada sholat witir bukan pada sholat-sholat lainnya. Sedangkan
menyilangkan dua tangan disunatkan bagi lelaki dan wanita, hanya yang paling
utama adalah meletakkan tangannya yang kanan pada belakang telapak tangannya
yang kiri, dan meletakkan dibawah pusar. (Mughniyah: 2001).
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Pendiri Mazhab Hambali ialah
Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin
Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin
Anas bin ‘Auf bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa‘labah
adz-Dzuhli asy-Syaibaniy. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada diri
Nizar bin Ma‘d bin ‘Adnan. Yang berarti bertemu nasab pula dengan nabi Ibrahim.
Ketika beliau masih dalam kandungan, orang tua beliau pindah dari kota
Marwa, tempat tinggal sang ayah, ke kota Baghdad. Di kota itu beliau
dilahirkan, tepatnya pada bulan Rabi‘ul Awwal -menurut pendapat yang paling
masyhur- tahun 164 H.
B. Saran
Untuk
lebih memahami masalah supervisi pendidikan dalam Total Quality Management
(TQM) diharapkan kepada para pembaca
disamping materi yang ada pada makalah ini juga mencari sumber atau informasi
yang berkaitan guna memperluas pemahaman dan wawasan.
DAFTAR PUSTAKA
Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang.
Ismail, Ahmad
satori, Pasang Surut Perkembangan Fiqh Islam, Jakarta : Pustaka Tarbiatuna,
Cet. I, 2003
Mubarok, Jaih,
Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, Cet.
III, 2003.
Nasution,
Harun, Teologi Islam Aliran-aliran
Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta : UI Press, 2002.
Rahmat,
Jalaluddin, Tinjauan Kritis Atas Sejarah Fiqh,
Artikel yayasan Paramadina, www. Media.Isnet.org/islam/paramadina/konteks/sejarahfiqh01.html.
Sirry, Mun’im
A., Sejarah Fiqh Islam, Surabaya : Risalah Gusti, Cet I, 1995.
Yanggo, Huzaemah Tahido, Pengantar Perbandingan Mazhab, Jakarta :
Logos, Cet. III, 2003.
EmoticonEmoticon